157 orang meninggal dunia di Kota Bandung akibat tabrakan di jalan raya selama 2017
Bandung.merdeka.com - Jumlah korban meninggal dunia akibat tabrakan di Kota Bandung tercatat mengalami kenaikan secara siginifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2017 ada 157 orang meninggal dunia akibat tabrakan di jalan raya dan menjadi angka tertinggi terkait jumlah korban meninggal dunia dari tahun 2013.
Pada tahun 2013, tercatat ada 125 orang meninggal dunia akibat tabrakan di jalan raya. Jumlah ini kemudian turun di tahun 2014 dengan 124 orang. Di tahun berikutnya yakni 2015 jumlah korban meninggal dunia kembali turun yakni 100 orang. Begitu juga dengan tahun 2016 yakni 84 orang. Namun pada tahun 2017 jumlah korban meninggal dunia akibat tabramab di jalan raya naik signifikan yakni 157 orang.
Hal ini terungkap dari buku Laporan Tahunan Keselamatan Jalan tahun 2017. Buku ini diluncurkan Pemerintah Kota Bandung, bersama dengan Bloomberg Philanthropies Initiative for Global Road Safety (BIGRS), di Hotel Aryaduta, Jalan Aceh, Kamis (1/11).
Kepala Bappelitbang Kota Bandung yang juga BIGRS Technical Lead Hery Antasari mengatakan, dalam buku laporan ini merangkum data tabrakan di jalan raya yang berlangsung selama tahun 2017 dengan lebih komprehensif dibandingkan buku sebelumnya.
Laporan tahun 2017 termasuk di dalamnya data tabrakan di jalan raya yang berasal dari tiga sumber yaitu data tabrakan di jalan raya yang dimiliki oleh Satlantas Polrestabes Bandung yang didokumentasikan di IRSMS (Integrated Road Safety Management System atau Sistem Manajemen Keselamatan Jalan Terpadu); data korban cedera akibat tabrakan di jalan raya dari sepuluh rumah sakit terpilih di Kota Bandung, dan data Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi nasional, yang dimana data mereka berasal dari form klaim yang diajukan para korban tabrakan di jalan raya.
"Dengan bertambahnya sumber data dalam pembuatan buku laporan ini dibandingkan tahun lalu mengindikasikan adanya 157 orang meninggal akibat tabrakan di jalan raya pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan angka kematian penduduk akibat tabrakan di jalan raya pada tahun 2017 yang mencapai 6.3 per 100.000 penduduk, dibandingkan yang hanya 3.4 per 100.000 penduduk pada tahun 2016 saat sumber data masih terbatas," ujar Hery.
Dalam buku laporan terbaru menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor merupakan korban dengan tingkat cedera dan kematian tertinggi akibat tabrakan di jalan raya di Kota Bandung yakni 69 persen diikuti dengan pejalan kaki 23 persen.
"Secara keseluruhan, 93 persen kematian akibat tabrakan di jalan raya dialami oleh pengguna jalan yang rentan seperti pengendara sepeda motor, sepeda, dan pejalan kaki. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan keselamatan bagi pengendara sepeda motor dan pejalan kaki,"kata dia.
Sementara dari segi usia, tingkat kematian pengendara motor ya g tertinggi berada pada rentang usia 15 hingga 24 tahun. Sedangkan untuk pejalan kaki tingkat kematian tertinggi adalah yang berusia 75 tahun ke atas.
"Kalau dari jenis kelamin 70 persen korban meninggal dunia akibat tabrakan di jalan raya itu laki-laki. Sisanya 30 persen perempuan," ucapnya
Sementara itu Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan jika buku laporan keselamatan jalan tahunan ini ditargetkan dapat menjadi sumber kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam upayanya menekan angka fatalitas akibat tabrakan di jalan raya.
"Jadi bagus ini kan semua kebijakan program semua akan kita luncurkan kota Bandung sebaiknya semua base on data. Mudah-mudahan semua data yang kita miliki ini kita punya program-program bisa mengatasi (angka kecelakaan)," katanya.
Menurutnya dengan adanya data tersebut, pihaknya dapat membuat kebijakan terkait upaya rekayasa atau upaya lain untuk menekan angka kecelakaan. Sebab dengan basis data, semua bisa terpetakan.
"Karena gini kita kan jadi tahu ruas mana yang sering terjadi kecelakaan fatal. Kita nanti apakah melakukan rekayasa lalu lintas atau safety lain untuk mencegah karena disitu ter maping terpetakan. Mudah-mudahan, kita punya data ini program-program pemerintah lebih tepat sasaran ya untuk mengurangi kecelakaan. Nakanya kita terus lakukan rekayasa jalan, perbaikan infrastruktur, saya pikir pararel kita perbaiki yang sudah baik kita perbaiki," katanya.