Dua penari perempuan kejutkan pengunjung Taman Lansia Bandung

user
Farah Fuadona 16 April 2016, 17:01 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Ada pemandangan berbeda di Taman Lansia Bandung, Sabtu (16/4). Taman yang biasa dikunjungi warga Bandung untuk bersantai itu dikejutkan dengan hadirnya dua penari perempuan yang menyajikan performance art.

Aksi dua penari itu menjadi tontonan menarik para pengunjung taman. Berapa pengunjung mengabadikan aksi itu dengan kamera ponselnya.

Performance art tersebut disajikan penari Lena Guslena (38) dan Ria Nilamsari (24). Keduanya merupakan alumnus seni tari Sekolah Tinggi Seni (STSI) yang kini Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Tari dialektika tubuh
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana




Pertunjukkan mereka bagian dari rangkaian acara yang digelar Legus Studio berjudul "Dialektika Tubuh, 10 Taman Kota Bandung" dengan penari utama Lena Guslina. Taman Lansia menjadi taman kedua rangkaian aksi ini dengan tema yang diusung tentang perempuan terkait Hari Kartini 21 April.

Aksi tersebut dimulai hampir pukul 11.00 WIB. Lena duduk di salah satu sisi jembatan sungai anak Cikapundung di Taman Lansia. Sementara Ria Nilamsari di sisi jembatan lainnya.

Tubuh kedua penari dibalut kostum putih dengan wajah dipulas warna yang sama. Sementara kedua telapak tangan mereka berwarna merah. Keduanya kemudian memamerkan gerakan tarian, sesekali mengibar-ngibarkan kain putih. Gerakan mereka diiringi musik sajikan Contemporary Instrument Bandung pimpinan Deden Buleng. Musik yang disajikan menyerupai suara ombak dan angin.

Dari jembatan, performance itu maju ke pohon yang mati di taman. Keduanya merespons kayu mati itu dengan beragam gerak. Aksi dilanjutkan di kursi taman.

Mereka kemudian maju lagi di kursi dan meja taman lainnya, kadang mereka duduk berdampingan. Sesekali menari di atas kursi taman lalu duduk berhadapan mengadapi beberapa cangkir dan pisin merah.

Mereka lalu terlibat tukar-nukarkan cangkir dan pisin dalam tempo cepat seiring makin cepatnya performance yang membuat beberapa pisin dan cangkir pecah.

Aksi tersebut berlangsung selama 30 menit, disaksikan pengunjung taman dan puluhan fotografer. Lena menjelaskan aksi di jembatan, di pohon mati, bangku taman, serta cangkir dan pisin sebagai bagian dari ruang dan benda-benda yang bersentuhan dengan kehidupan seorang perempuan.

Tari dialektika tubuh
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana




Misalnya jembatan sebagai simbol dari perjalanan atau eksistensi. bahwa suatu waktu perempuan akan dihadapkan pada pilihan-pilihan, menjadi perempuan dewasa, ibu rumah tangga atau wanita karier.

Sedangkan cangkir dan pisin adalah dua benda berbeda tetapi berpasangan. Keduanya bisa bersinergi tetapi suatu waktu bisa pecah jika terjadi benturan. Sinergi maupun benturan juga sebagai pilihan.

“Pilihan bagi seorang perempuan bisa lebih luas, jadi ibu atau istri, wanita karier atau tak bisa jadi siapa-sipa,” kata Lena, penari yang sempat vakum menari pada 2007 dan baru tahun ini ia aktif kembali.

Kredit

Bagikan