100 Lilin tutup peringatan Hari Tari Sedunia di Bandung

Hari Tari Internasional
Hari Tari Sedunia (World Dance Day) ditutup dengan upacara menyalakan 100 lilin untuk wafatnya tokoh tari Tjetje Soemantri. Aksi menyalakan lilin dilakukan di halaman Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Bandung, Sabtu malm (30/4) yang diawali dengan salah satu tarian karya Tjetje Soemantri.
Tjetje Soemantri adalah seniman tari modern yang banyak melahirkan karya tari, antara lain tari merak, tari kupu-kupu dan tari sulintang. Jasa-jasa Tjetje mendapat penghormatan khusus dalam peringatan Hari Tari Sedunia yang digelar Kelompok Anak Rakyat (Lokra) itu.
Sebelum penyalaan lilin, tujuh penari muda memainkan tari sulintang, sebuah seni tari yang penuh dengan gerak gemulai tersebut. Tarian mereka diiringi lagu tradisional Sunda.
Dingin malam tak menghalangi para penari muda itu menari. Sementara asap dupa mengepul keluar dari salah satu jendela GIM yang terbuka. Di balik jendela tersebut dipajang foto Tjetje Soemantri.
Menyalakan 100 lilin di Hari Tari Internasional
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana
Usai menari, para penari dan peserta Hari Tari Sedunia mulai menyalakan 100 lilin yang dibentuk tulisan “Tjetje”. Ketua Lokra, Gatot Gunawan, kemudian membagikan piagam atau sertifikat kepada peserta World Dance Day yang sudah mengisi acara sejak Jumat lalu (29/4).
Mengenakan pakaian tradisional, Gatot menjelaskan Tjetje merupakan maestro tari yang jasa-jasanya patut dihormati. Untuk itu komunitas Lokra yang dipimpinya secara khusus menggelar semacam tribute lewat Hari Tari Sedunia-Bandung yang tahun ini mengusung tema “Friendship & Brotherhood.”
Ada 200 penari yang berpartisipasi dalam Hari Tari Sedunia yang digagas lokra tersebut. Mereka menari di GIM, Jalan Asia Afrika, dan di TPU Sirnaraga tempat Tjetje dikuburkan. “Lewat World Dance Day ini kita berharap ada rasa memiliki masyarakat terhadap kesenian tari. Saat ini rasa mememiliki itu masih kurang,” kata Gatot.
Untuk diketahui, Tjetje Soemantri meninggal 53 tahun lalu. Pria kelahiran Purwakarta 1892 itu malang melintang mempelajari tari kemudian mengamalkannya. Di zamannya tari yang diciptakannya adalah tari kreasi baru atau modern.
Tarian Tjetje Soemantri banyak dipertunjukkan dalam acara kenegaraan sebagai bagian dari diplomasi budaya. Kini tarian-tarian Tjetje menjadi tarian klasik.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak