Kenapa karya seni tidak boleh disentuh?
Bandung.merdeka.com - Pada suatu pameran atau di galeri dan museum, ada peraturan tegas bahwa pengunjung tidak boleh menyentuh karya seni yang dipamerkan. Malah di galeri besar di negara maju, ada penjaga tak kasat mata.
“Di negara yang infrastrukturnya maju penjagaan sudah pakai scanner, kalau kita terlalu dekat dengan karya alamnya akan berbunyi,” ujar pengamat seni rupa yang juga kurator galeri seni Platform3, Herru Hikayat, di Bandung baru-baru ini.
Penghargaan terhadap karya seni akan terlihat dari sikap pengunjung dalam suatu pameran. Pameran yang berjejalan oleh pengunjung kadang membuat karya seni tak berjarak.
Padahal, lanjut Herry, medan seni terbentuk karena karya seni yang dikuduskan. Contohnya di Galeri Nasional Indonesia, pengunjung yang akan memasuki ruang pameran akan didata.
“Pengunjung bukan hanya diminta dititipkan tas, dompet, handphone, kamera tapi benar-benar didata. Mereka pastikan siapa yang akan masuk ke ruang galeri, kemudian didampingi guide ditambah ada banyak penjaga,” kata Herru menuturkan sistem penjagaan di Galeri Nasional Indonesia.
Sistem penjagaan tersebut meminta pengunjung untuk menjaga sikap ketika berada di ruang pameran. Terlebih di Galeri Nasional terdapat karya-karya seni rupa para maestro.
“Kalau Anda masuk galeri seni rupa Anda harus menjaga sikap,” tandasnya.
Di galeri dengan sistem penghormatan pada karya seni yang tinggi, pengunjung dilarang keras menyentuh karya. “Menyentuh karya seni sangat tidak beradab,” ujarnya.
Bahkan seniman si pembuat karya, tidak bisa lagi menyentuh karya seni yang sudah masuk ke galeri untuk dipamerkan.
Ia mengambil analogi pengunjung saat berada di toko baju obral. Pengunjung bisa dengan bebas mengaduk-aduk baju obral tersebut. Beda dengan di butik, pengunjung akan berjarak dengan baju yang dijajakan. “Di galeri seni, kesopanan kita harus betul-betul dijaga,” ucapnya.