Cerita perajin batik tulis asal Pekalongan tentang karya dan harga yang mahal

user
Farah Fuadona 01 Februari 2018, 13:08 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Batik menjadi salah satu pakaian yang pasti dimiliki oleh masyarakat saat ini. Batik biasanya digunakan untuk acara-acara formal seperti pesta pernikahan. Namun batik juga menjadi pakaian yang biasa digunakan ke kantor. Sehingga menggunakan batik sudah menjadi pakaian keseharian masyarakat saat ini.

Salah satu yang merasakan langsung dampaknya adalah para perajin batik. Pekalongan menjadi salah satu sentra batik yang telah dikenal di tanah air. Produknya menjadi incaran masyarakat yang ingin memiliki batik dengan beragam motif.

Di acara Galaseni Batik Nusantara 2018 yang digelar di Graha Manggala Siliwangi dipamerkan beragam motif batik. Salah satu motif batik yang menarik perhatian adalah batik bermotif merak. Kain batik ini merupakan karya Agung Prasetyo (24) salah seorang perajin batik asal Pekalongan.

Agung mengatakan, bahwa kain batik motif merak ini merupakan jenis batik tulis. Batik ini memiliki ukuran 260 × 105 centimeter. Karena memiliki motif yang unik, batik motif merak ini bisa dijual dengan harga Rp 10 juta per lembarnya.

"Batik motif merak ini bisa sampai Rp 10 juta. Kadang ada yang bilang harganya mahal, itu karena enggak tahu prosesnya seperti apa," ujar Agung kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung.

Menurut Agung, salah satu yang membuat tingginya harga batik motif merak ini karena proses pembuataannya yang cukup lama. Selain itu, juga pembuatan batik motif ini juga memiliki tingkat kesulitan tersendiri.

"Untuk proses pembuatannya bisa sampai empat bulan mulai dari desain, pewarnaan motif. Karena ini kan batik tulis, kita nyanting dari awal sampai akhir jadi ini full tulis" katanya.

Agung mengatakan, bahwa peminat batik memiliki pasarnya sendiri. Selain digunakan untuk pakaian juga untuk koleksi. Sehingga dia tidak terlalu khawatir akan kehilangan pembeli meski mematok harga yang cukup tinggi.

Agung sendiri mengaku membuat berbagai motif batik yang dijual dengan harga beragam. Untuk batik cetak dijual dengan kisaran harga Rp 175 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan untuk batik tulis dijual dengan kisaran harga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

"Batik tulis memang lebih mahal karena memang prosesnya full tulis. Selain itu yang membedakan harga yakni motif. Semakin sulit biasanya semakin tinggi harganya,"katanya.

Agung yang telah berkecimpung sebagai perajin batik Pekalongan selama 5 tahun ini telah merasakan pasang surut usaha batik. Berkat kerja kerasnya, saat ini Agung telah mengirim produknya ke berbagai wilayah di Indonesia. Dari usahanya itu, Agung mampu meraih omzet hingga puluhan juta rupiah.

"Namanya usaha enggak pernah tentu sebenarnya, kadang lagi turun. Kuncinya jangan pernah berhenti berinovasi. Makanya saya ngembangin terus batik yang ada di Pekalongan," kata dia.

Kredit

Bagikan