Dahulu ada gerhana pukul kentongan, sekarang pakai teknologi

user
Muhammad Hasits 05 Maret 2016, 12:59 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Di masyarakat tradisional, gerhana matahari maupun gerhana bulan direspon dengan cara-cara unik. Misalnya memukul kentongan sampai gerhana selesai.

Tradisi itu dijalankan masyarakat tradisional sunda, terutama yang berada di pelosok.

Budayawan Mas Nanu Muda mengungkapkan, tradisi memukul kentongan biasa dilakukan oleh lelaki, sementara perempuan atau ibu-ibu akan sibuk memukul lisung dan halu, yaitu alat menumbuk padi yang terbuat dari kayu.

Sedangkan anak-anak akan sibuk mencari kaca pecah atau lari ke kali. Mereka menggunakan kaca pecah dan air kali untuk melihat pantulan gerhana, meski cara ini menurut medis tidak dibenarkan sebagai media melihat gerhana.

Namun dulu, kata Nanu, sudah ada pantangan melihat gerhana matahari langsung dengan mata telanjang. "Orang yang melihat langsung gerhana diyakini akan buta," kata Nanu, saat berbincang dengan Merdeka Bandung.

Suasana kampung akan terasa ramai saat terjadi gerhana. Tradisi tersebut misalnya pernah dipraktekkan di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Menurutnya pemukulan kentongan dan alat tumbuk padi sebagai bentuk komunikasi tradisional, untuk saling mengingatkan adanya gerhana.

"Tetabuhan sebagai tangara atau tanda ketemunya bulan dengan matahari," katanya.

Tetabuhan itu kemudian diwarnai salat gerhana dan doa dengan harapab gerhana tidak menimbulkan malapetaka atau keburukan.

"Supaya tidak ada kejadian bahaya, agar selamat kita semua," terangnya.

Menurutnya, kini tradisi tersebut tidak akan ditemukan di masyarakat perkotaan. Ia menduga di masyarakat pedesaan pun sudah banyak yang meninggalkan seiring kemajuan zaman.

Kredit

Bagikan