Ini cara aman melihat gerhana matahari tanpa kacamata dan teleskop

user
Mohammad Taufik 29 Februari 2016, 09:46 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Gerhana matahari total (GMT) merupakan kejadian langka yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Namun melihat gerhana matahari dengan mata telanjang sangat berbahaya bagi kesehatan mata.

Begitu juga dengan gerhana matahari total Rabu 9 Maret nanti. Untuk menyaksikan gerhana matahari, alat atau teknik khusus agar sinar matahari tak merusak mata.

Nah, bagaimana agar gerhana matahari total tidak lewat begitu saja. Ada beberapa cara sederhana yang bisa dicoba untuk menyaksikan fenomena alam ini.

"Sebetulnya tidak sulit juga untuk amati gerhana," kata Staf Peneliti Observatorium Bosscha ITB, Yatni Yulianti, saat berbincang dengan Merdeka Bandung di Observatorium Bosscha ITB, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

"Cara sederhana pada prinsipnya ada dua cara, pertama melihat langsung matahari dengan alat teleskop atau dengan kacamata khusus. Kedua dengan mengandalkan proyeksi," ujarnya.

Bagaimana jika tidak punya teleskop dan kacamata? Yatni mengatakan, teknik proyeksi lubang jarum bisa dipakai untuk melihat proses terjadinya gerhana.

Teknik tersebut, sambung dia, bisa dibuat sendiri dengan barang bekas yang ada di rumah. Bahan-bahannya adalah kardus bekas sepatu atau kardus lainnya, kertas alumunium foil dan kertas putih atau HVS.

Caranya, satu sisi kardus berbentuk kotak sekitar 4x4 cm. Lubang kotak ini untuk ditutup kertas alumunium foil. Setelah itu, alumunium foil yang sudah tertempel kuat diberi satu tusukan jarum, usahakan di bagian tengah.

Lalu di sisi lain kardus, berhadapan dengan alumunium foil yang sudah diberi lubang jarum, harus ditempel kertas HVS yang fungsinya sebagai layar.

Fungsi lubang jarum di kertas alumunium foil untuk memproyeksikan sinar matahari ke permukaan kertas HVS yang ditempel di sisi lain bagian dalam kardus.

Ketika terjadi gerhana, bagian kardus yang ditutupi alumunium foil harus diarahkan ke matahari. Sinar matahari akan menerobos melalui lubang jarum. Sinar tersebut kemudian akan tertangkap layar kertas HVS.

Sinar matahari yang tertangkap layar HVS akan berbentuk bulat. Ketika terjadi gerhana, sinar bulat itu perlahan-lahan akan terhalangi bayangan hitam, bayangan bulan.

Setelah menutupi kedua sisi kardus, masih ada langkah berikutnya, yaitu membuat lubang amatan di bagian sisi panjang kardus. Fungsinya untuk melihat hasil proyeksi ketika kardus tersebut diarahkan ke matahari.

Posisi lubang amatan bisa di bawah maupun di sisi kardus, yang penting jaraknya dekat dengan layar HVS.

"Prinsipnya sih cahaya matahari akan masuk ke lubang jarum, terus nanti cahayanya akan diteruskan jatuh ke layar proyeksi. Jadi nanti bayangan matahari ada di layar proyeksinya itu. Jadi nanti orang tidak langsung lihat mataharinya, tapi lihat ke proyeksinya. Ini cara paling aman untuk melihat gerhana," terang Yatni.

Sedangkan jarak antara lubang jarum di alumunium foil dan layar HVS tergantung ukuran kardus. "Teknik ini menggunakan prinsip fisikal, semakin jauh jarak proyektor semakin besar bayangannya, jadi lingkaran mataharinya semakin besar dan buram. Makin dekat jaraknya akan makin tajam tapi bayangannya semakin kecil," terangnya.

Ia menambahkan, gerhana matahari di Bandung tidak bersifat total, melainkan sebagian. Artinya seluruh permukaan matahari tidak sepenuhnya tertutup matahari. Sehingga hasil proyeksi lubang jarum nantinya akan menunjukkan gerhana matahari berbentuk bulan sabit.

Lebih jelasnya membuat teknik lubang jarum, tutorialnya dapat diunduh di http://bosscha.itb.ac.id/unawe/wp-content/uploads/modul-kotak-sepatu-lubang-jarum.pdf.

Kredit

Bagikan