Hardiknas, 2000 siswa SD pecahkan rekor bermain keyboard dan pianika

user
Mohammad Taufik 02 Mei 2017, 14:21 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebanyak 2110 siswa kelas tiga dan empat dari 80 SD se-Kota Bandung memecahkan rekor dengan memainkan alat musik pianika dan keyboard terbanyak di Indonesia. Acara ini digelar dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada Selasa (2/5) ini.

Sebanyak tiga lagu dimainkan oleh para peserta, yakni lagu: Halo-Halo Bandung, Pergi Belajar dan Hymne Guru. Rekor tersebut dicatat oleh Original Records Indonesia dan diserahkan kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dalam rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional tingkat Kota Bandung di Balai Kota Bandung.

Ridwan Kamil bertindak selaku inspektur upacara dalam peringatan Hardiknas ini. Pria yang akrab disapa Emil ini mengingatkan berbagai pemikiran Ki Hajar Dewantara selaku Bapak Pendidikan Indonesia. Salah satu pemikiran dari Ki Hajar Dewantara kata Emil bahwa proses pendidikan harus dipusatkan di tiga lingkungan, yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

"Ki Hajar itu nasihatnya bahwa pendidikan itu ada tiga yakni ada di rumah, sekolah dan di masyarakat. Jadi jangan hanya mengandalkan anak itu dididik di sekolah. Nah itulah kenapa pendidikan kayak magrib mengaji dan lain lain merupakan bagian dari pendidikan di masyarakat," ujar Emil

Emil mengaku bangga dengan perkembangan proses pendidikan di Kota Bandung, karena saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam bidang pendidikan sudah mencapai angka 90.

"Berarti akses pendidikan di Kota Bandung ini kualitas dan indeks manusia dari sisi pendidikan menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia," katanya.

Pada peringatan tahun ini, dia ingin mengingatkan kembali visi pendidikan Kota Bandung sebagai gerakan bersama. Menurut dia, pendidikan bukan sekadar tugas pemerintah ataupun sekolah, melainkan semua pihak perlu turut menyukseskan pendidikan di negeri ini.

"Peringatan Hardiknas ini Saya ingin pendidikan ini menjadi gerakan. Kalau gerakan itu artinya tidak melemparkan pendidikan hanya kepada institusi," ucap Emil.

Maka dari itu, lanjut dia, untuk mewujudkan pendidikan karakter yang selama ini diusung oleh pemerintah pusat harus menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari orang tua, guru dan masyarakat.

Sistem ini, kata Emil, diyakini mampu mendorong generasi muda untuk menyukseskan Indonesia Emas pada dekade mendatang. Dengan menyiapkan kualitas anak-anak muda yang kompetitif, ia percaya akan memberikan dampak luar biasa pada bonus demografi tahun 2045.

"Karena pada 2045 tahun emas Indonesia merdeka itu kita akan jadi rangking 3 terbaik dunia dengan syarat bonus demografi SDM Indonesianya kompetitif. Kompetitif datang dari pendidikan yang baik," ujarnya.

Kredit

Bagikan