Cecep Guswandi, PKL yang bisa sekolah dengan biaya sendiri

user
Muhammad Hasits 11 Juli 2016, 15:08 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sejak kelas 1 SMA Cecep Guswandi terbiasa hidup mandiri. Ia jualan makanan di sekolah. Bisnis ini ia jalani sampai bisa membiayai ongkos sekolah, tanpa mengandalkan pemberian orangtua.

Setelah lulus SMK, pria 19 tahun ini menekuni bisnis pakaian. Sehari-hari ia biasa mengemudikan mobil Suzuki tua warna biru untuk mangkal di pinggir Jalan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat atau Monju, Bandung.

Dengan mobil itu Cecep jualan beragam jenis pakaian anak. Baru enam bulan ia menekuni bisnis itu, tujuannya tidak lain untuk menabung agar bisa kuliah.

"Tadinya hari ini janjian mau daftar kuliah, tapi teman sayanya tidak datang," kata Cecep, yang rencananya akan daftar ke STIE Ekuitas, Bandung.

Ia sudah menghitung hasil bisnisnya selama ini cukup untuk membiayai kuliahnya di kampus swasta tersebut. Baju anak yang dijualnya hasil kerjasama dengan penjual lain, begitu juga mobil operasionalnya. Tiap minggu, ia biasa mangkal di depan RRI, Jalan Diponegoro, Bandung. Di luar hari Minggu ia mangkal di Monju.

Dalam sehari, mobil yang dijadikan stand PKL itu bisa beromzet Rp 1 juta. Cecep mendapat keuntungan dari tiap satu potong pakaian yang terjual.

"Keuntungannya rahasia, tapi lumbayan kalau jualan kan lebih banyak hokinya," ujar pria yang bercita-cita menjadi pengusaha besar.

Cecep tidak meminati kerja dengan orang lain. Baginya wirausaha lebih bebas dengan keuntungan tak terbatas. Di sela senggangnya, ia mengelola bisnis online dengan pangsa pasar lebih luas lagi.

Hasilnya, ia memiliki reseller hampir di semua kota di Pulau Jawa. Selain itu, ia membuka onlineshop sendiri, Guasfashop yang khusus menjual hijab. Guasfashop baru dibuka empat bulan lalu. Omzetnya baru di bawah Rp 1 juta seminggu.

Ketekunan Cecep berwirausaha sejak usia dini sudah berbuah manis. Selain bisa membiayai sekolah sendiri, ia juga berhasil membeli motor bebek.

Jika banyak siswa seusianya yang memakai sepeda motor ke sekolah karena pemberian orangtua, Cecep boleh bangga karena motonya dibeli dengan keringat sendiri.

Cecep mengaku tekun wirausaha karena termotivasi sejumlah gurunya di SMK, antara lain Pak Herman, Bu Yanti dan Bu Nunung. "Mereka adalah guru yang menginspirasi," kata pria yang tinggal di Cigadung ini.

Kredit

Bagikan