Kampung toleransi ini jadi bukti keharmonisan antar umat beragama di Bandung
Bandung.merdeka.com - Kota Bandung adalah kota heterogen. Beragam suku, ras, budaya, dan agama terdapat di Kota Bandung. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki beragam komunitas. Sehingga tak sedikit, dalam sebuah kawasan terdapat beragam kelompok, suku, hingga rumah beribadatan yang berbeda.
Hal itu juga yang terjadi di RW 04 Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Namun dengan perbedaan tersebut, ternyata semakin mempererat persaudaraan antar warga. Oleh karenanya, pada pada 20 Agustus tahun 2017 lalu, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menetapkan kawasan tersebut sebagai Kampung Toleransi.
Ketua RW 04 Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler, Dayat Permana mengatakan bahwa di wilayahnya memang mayoritas adalah muslim tapi tempat ibadah lain juga banyak yang berdampingan.
"Di sini ada enam gereja, empat wihara, dan dua masjid dari 693 KK. Warga muslim di 16 rukun tetangga paling mendominasi, berjumlah 1.262. Setelah itu, Kristen, Katolik, dan Hindu," ujar Dayat dalam rilis yang diterima Merdeka Bandung.
Dengan perbedaan itu, masyarakat bisa idup berdampingan dan menganggap saling bersaudara. Jika Ramadhan tiba, masyarakat non muslim tak ketinggalan ikut membantu membersihkan masjid atau sekadar membagikan takjil.
Ketua Forum Toleransi Beragama, Dede Taryono mengatakan di Kampung Toleransi setiap warga bebas melakukan kegiatan keagamaan sesuai keyakinan tanpa ada gangguan.
"Setiap warga tidak pernah menyakiti satu sama lain dan tidak pernah memaksakan kehendak satu golongan untuk dituruti oleh golongan lain, ini yang mendasari kami selalu solid," katanya.
Sementara itu Camat Bojongloa Kaler, Eka Taofik Hidayat mengatakan, Kampung Toleransi sudah dikenal sangat bertoleransi baik di bidang agama dan bidang lainnya. Ini telah terjadi sejak lama. "Alhamdulillah tidak pernah ada yang bentrok," katanya.
Ia mengatakan, sejak sebelum dideklarasikan, wilayah ini selalu mengadakan kegiatan bersama lintas umat beragama. Mulai dari kerja bakti, hingga perayaan hari besar keagamaan.
"Setelah dideklarasikan, kami lebih intens mengadakan pertemuan-pertemuan. Karena kami juga sudah membentuk forum juga yang anggotanya dari beragam agama. Jadi semua tokoh agama lain pun bisa datang dan berpartisipasi bahkan warga juga akan berbaur dengan semua lapisan agama," katanya.