Bangsa ini bisa bersatu karena Bahasa Indonesia

user
Mohammad Taufik 14 Maret 2016, 10:54 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - JS Badudu sangat memaknai peran penting Bahasa Indonesia dalam mempersatukan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia. Untuk itulah sepanjang hidupnya dihabiskan mengabdikan diri mengajar Bahasa Indonesia.

"Pesan beliau, peran Bahasa Indonesia dalam mempersatukan rakyat Indonesia itu sangat penting. Tanpa Bahasa Indonesia bagaimana seluruh suku-suku di kita yang berjumlah 700 lebih bisa saling memahami satu sama lain," kata Rizal Indrayana Badudu, putra keenam JS Badudu, di TMP Cikutra Bandung, Minggu (13/3).

JS Badudu, kata dia, sangat memaknai makna Sumpah Pemuda 1928 yang mungkin sudah dilupakan generasi masa kini. "Bahasa menjadi satu komponen yang tidak kita sadari ternyata telah menyatukan kita seluruh Bangsa Indonesia," katanya.

Di pihak keluarga berharap cita-cita JS Badudu bisa terus berlanjut. Salah satunya konsisten menahan kerusakan Bahasa Indonesia akibat pemakainya sendiri.

Upaya menahan kerusakan Bahasa Indonesia bisa dilakukan dengan meningkatkan peran Badan Bahasa Indonesia.

"Perusakan bahasa Indonesia begitu banyak oleh kita sendiri. Sampai akhir hidupnya kami belum melihat peran (Badan Bahasa Indonesia) dijalankan secara maksimal. Kami yakin mereka sudah melakukan itu, tapi perlu upaya lebih keras lagi," katanya.

JS Badudu sendiri mundur dari pengajaran Bahasa Indonesia baik sebagai pengajar maupun lewat tulisan bukan karena menyerah. Penyakit stroke dan alzaemer membuat kemampuan fisiknya menurun drastis.

Hal itu terjadi terutama saat ia menginjak usia 80 tahunan. "Sepuluh tahun lalu beliau masih mencoba menulis dan terus melahirkan karya-karya. Tapi selanjutnya serangan alzaimer membuat tak mampu lagi mengajar dan berkarya," katanya.

Penyakit tersebut membuat JS Badudu kehilangan orientasi ingatan. Pihak keluarga pun harus memberikan perhatian ekstra. JS Badudu harus di bawah pengawasan ketat karena dikhawatirkan pergi atau tersesat.

Sesekali ingatan JS Badudu kembali, ia pun mencoba menulis. Namun upaya ini tak berhasil. "Padahal keinginan beliau masih banyak. Beliau ingin merevisi Kamus Umum Bahasa Indonesia, ingin membuat kamus Indonsesia-Jepang, kerja sama dengan berbagai ahli bahasa lain, tapi tentunya Tuhan berencana lain," ujarnya.

Kredit

Bagikan