Ini harapan Ajip Rosidi setelah pengembalian Habibie Award

Ajip Rosidi
Bandung.merdeka.com - Sastrawan Ajip Rosidi mengembalikan Habibie Award yang pernah diterimanya pada 2009. Ada sejumlah alasan prinsipil yang membuat Pendiri Yayasan Kebudayaan Rancage ini memutuskan mengembaliakan award yang digagas Presiden Ke-3 RI BJ Habibie.
Alasan pertama, kata sastrawan 78 tahun ini, karena Yayasan Sumber Daya Manusia dalam llmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM-IPTEK) Habibie Center memberikan hadiah serupa kepada Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad) Nina Herlina Lubis.
Padahal, kata dia, Nina Herlina Lubis tidak layak mendapatkan award. “Ini yang jadi juri kok melupakan nilai-nilai objektif keilmuan. Karya ilmiahnya tidak ada yang bisa dibanggakan. Siapa yang tahu tentang Nina?” kata Ajip Rosidi di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung.
Ia mengungkapkan sejumlah kelemahan dewan juri. Ia menduga Nina dan juri memiliki kedekatan tertentu. Hal itu membuat penilaian tidak objektif dan profesional. “Soal hubungan dia (Nina) dengan juri itu urusan pribadi. Tapi kalau urusan pribadi lantas menyebabkan pemberian hadiah Habibie Award, itu jadi perkara,” katanya.
Menurutnya, juri telah melakukan kesalahan yang fatal. Juri tidak menilai berdasarkan karya. “Seharusnya yayasan jangan angkat juri yang melakukan penilaian tidak berdasarkan karya. Ini karena yang dinilai bukan karyanya,” katanya.
Dengan pemberian Habibie Award kepada Nina, lanjut dia, Yayasan SDM Iptek Habibie Center telah kecolongan. Ajip mengaku sudah menyampaikan masalah kecolongan ini kepada Ketua Yayasan SDM Iptek Habibie Center, Wardiman Djojonegoro.
“Ketika saya bilang yayasan telah kecolongan, dia membela juri sudah kerja profesional dan sesuai dengan etika keilmuan dan yayasan tidak pernah kecolongan,” katanya.
Yayasan, sambung dia, justru membela juri. Padahal seharusnya yayasan membela Habibie. Sebab Habibie yang mendirikan yayasan dan menggagas pemberian Habibie Award.
Menurutnya, Habibie telah memulai tradisi penghormatan yang bagus untuk anak bangsa yang berkarya. Selain piagam dan medali, tokoh yang mendapat Habibie Award mendapat uang 2.500 dolar Amerika Serikat.
“Saya kecewa betul karena Pak Habibie tidak pernah dibela. Padahal Habibie punya ide bagus memberikan penghargaan kepada ilmuwan dan budayawan Indonesia, mengeluarkan uang cukup banyak buat Indonesia. Harusnya kan didorong semua orang,” ujarnya.
Ketika ada juri yang tidak melakukan pekerjaan secara profesional, yayasan justru malah membela juri. “Itu yang menyebabkan saya sedih,” ucap Ajip.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak