Ini harapan Ajip Rosidi setelah pengembalian Habibie Award

user
Farah Fuadona 30 Mei 2016, 07:19 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sastrawan Ajip Rosidi mengembalikan Habibie Award yang pernah diterimanya pada 2009. Ada sejumlah alasan prinsipil yang membuat Pendiri Yayasan Kebudayaan Rancage ini memutuskan mengembaliakan award  yang digagas Presiden Ke-3 RI BJ Habibie.

Alasan pertama, kata sastrawan 78 tahun ini, karena Yayasan Sumber Daya Manusia dalam llmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM-IPTEK) Habibie Center memberikan hadiah serupa kepada Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad) Nina Herlina Lubis.

Padahal, kata dia, Nina Herlina Lubis tidak layak mendapatkan award. “Ini yang jadi juri kok melupakan nilai-nilai objektif keilmuan. Karya ilmiahnya tidak ada yang bisa dibanggakan. Siapa yang tahu tentang Nina?” kata Ajip Rosidi di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung.

Ia mengungkapkan sejumlah kelemahan dewan juri. Ia menduga Nina dan juri memiliki kedekatan tertentu. Hal itu membuat penilaian tidak objektif dan profesional. “Soal hubungan dia (Nina) dengan juri itu urusan pribadi. Tapi kalau urusan pribadi lantas menyebabkan pemberian hadiah Habibie Award, itu jadi perkara,” katanya.

Menurutnya, juri telah melakukan kesalahan yang fatal. Juri tidak menilai berdasarkan karya. “Seharusnya yayasan jangan angkat juri yang melakukan penilaian tidak berdasarkan karya. Ini karena yang dinilai bukan karyanya,” katanya.

Dengan pemberian Habibie Award kepada Nina, lanjut dia, Yayasan SDM Iptek Habibie Center telah kecolongan. Ajip mengaku sudah menyampaikan masalah kecolongan ini kepada Ketua Yayasan SDM Iptek Habibie Center, Wardiman Djojonegoro.

“Ketika saya bilang yayasan telah kecolongan, dia membela juri sudah kerja profesional dan sesuai dengan etika keilmuan dan yayasan tidak pernah kecolongan,” katanya.

Yayasan, sambung dia, justru membela juri. Padahal seharusnya yayasan membela Habibie. Sebab Habibie yang mendirikan yayasan dan menggagas pemberian Habibie Award.

Menurutnya, Habibie telah memulai tradisi penghormatan yang bagus untuk anak bangsa yang berkarya. Selain piagam dan medali, tokoh yang mendapat Habibie Award mendapat uang 2.500 dolar Amerika Serikat.

“Saya kecewa betul karena Pak Habibie tidak pernah dibela. Padahal Habibie punya ide bagus memberikan penghargaan kepada ilmuwan dan budayawan Indonesia, mengeluarkan uang cukup banyak buat Indonesia. Harusnya kan didorong semua orang,” ujarnya.

Ketika ada juri yang tidak melakukan pekerjaan secara profesional, yayasan justru malah membela juri. “Itu yang menyebabkan saya sedih,” ucap Ajip.

Kredit

Bagikan