Lokra ingatkan kembali masyarakat tentang sejarah Indonesia
Bandung.merdeka.com - Berharap generasi muda saat ini tidak melupakan sejarah bangsa Indonesia, komunitas yang mengatasnamakan diri Kelompok Anak Rakyat (Lokra) kerap melakukan aksi mengenang para tokoh Tanah Air. Selain memperingati jasanya, Lokra juga menginginkan para anak muda mengenal lebih jauh tentang sosok pahlawan yang mempersatukan Tanah Air.
Ketua Lokra Gatot Gunawan mengatakan, awal terbentuknya kelompok tersebut dimulai dari keprihatinan situs bersejarah Banceuy, Kota Bandung, yang merupakan penjara presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno. Mereka pun melakukan aksi tari sebagai bentuk protes karena pemerintah kota kurang memperhatikan tempat bersejarah yang ada.
"Awal terbentuk karena keprihatinan situs penjara Banceuy. Dulu Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) menjanjikan di 100 hari pemerintahannya akan direnovasi, itu bulan Oktober. Tapi ‎itu tidak tepat, baru diresmikan dan direnovasinya tanggal 10 November, dan itu juga belum semua. Masih banyak belum beres semua," kata Gatot kepada Merdeka Bandung, Sabtu (16/1).
‎Dikatakan Gatot, Lokra memiliki dua program wajib yang dilakukan untuk memperingati semangat para pahlawan berjasa. Dua program tersebut adalah Heritage Spirit Performance dan History Spirit Performance.
"Kalau Heritage mengangkat sipirit bangunan cagar budaya, kita perform di situ dengan tarian. Kebanyakan anak-anak tari, jadi menyuarakan aspirasi dengan gerak tari. Kalau History, tokoh-tokoh dan momentum mengingatkan orang-orang yang sudah berjasa buat berdirinya NKRI," ucap Gatot.
Gatot menyebutkan, selama dua tahun sejak terbentuknya Lokra, pihaknya pun telah melakukan aksi peringatan para pahlawan. Beberapa di antaranya merupakan tokoh yang lahir di Tanah Pasundan.
"Kita sudah memperingati Jenderal Hartono, Danurdirja Setiabudi, Inggit Garnasih, Siti Nurul Kamaril (tokoh tari), Djuanda Kartawidjaja, Soekarno, Moch. Hatta, dan Otto Iskandardinata," katanya.
‎Dengan hampir hilangnya ingatan masyarakat kepada para pahlawan, Gatot menilai perlu ada gerakan untuk mengulang kembali sejarah sosok-sosok yang berjasa mendirikan bangsa ini. Meski tidak mudah, dia yakin Lokra akan tetap semangat menjalani kegiatannya itu.
"Ini tugas kita, kondisi bangsa kita saat ini serba terjajah, semua dilupakan. Jadi kita mengingatkan lagi ke anak-anak muda supaya mereka punya spirit kebangsaan dan tanah air. Memang tidak mudah dan susah, karena saat kita perform, hanya beberapa orang saja yang hadir dan peduli. Tapi kita tidak hanya dengan aksi saja, tapi kita juga menyebarkan melalui media sosial," ucapnya.
‎
Bahkan, Gator menyayangkan dengan peringatan Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari lebih diprioritaskan oleh anak muda zaman sekarang. Padahal menurutnya, ada kasih sayang lebih nyata dan lebih patut dicontoh, yaitu seperti dilakukan Inggit Ganarsih.
"Ya menyayangkan dengan lebih dipilihnya hari Valentine. Padahal ada lebih patut dicontoh, seperti cintanya Inggit Ganarsih kepada ‎Soekarno saat dipenjara di Banceuy. Sampai ibu Inggit puasa menunggu keluarnya Soekarno, itu kan kasih sayang yang lebih nyata," jelas Gatot.
Bagi yang ingin bergabung untuk lebih mengenal sejarah dan jasa para pahlawan, Gatot mengatakan Lokra membuka pintu dengan lebar. Meski aksinya identik dengan pertunjukan tari, namun menurutnya tidak semua anggotanya merupakan penari.
"Siapa pun yang ingin bergabung dengan kita sangat diterima, kita bukan hanya dari orang tari saja. Namanya juga Kelompok Anak Rakyat, jadi kita hadir di tengah-tengah masyarakat," katanya.‎