Kota Cimahi dibangun berkat pemberontakan penguasa Bandung?
Bandung.merdeka.com - Tata ruang pusat kota Cimahi memiliki kemiripan dengan pusat Kota Bandung. Di Cimahi terdapat konsep tata ruang catur gatra tunggal, yakni sebuah pusat kota yang terdiri dari elemen Masjid Agung, Alun-alun, Dalem Kaum, pendopo dan pasar.
Konsep tersebut juga terdapat di pusat Kota Bandung. Bedanya, pusat Kota Bandung menjadikan penjara sebagai elemen penting tata ruang. Sedangkan dalam tata ruang Cimahi elemen penjara tidak menjadi bagian.
Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubaraq, mengatakan konsep catur gatra tunggal Kota Cimahi hanya terdiri dari Masjid Agung, Alun-alun, Pendopo, pasar, minus penjara.
“Tidak adanya penjara ini mungkin yang menjadi pembeda dengan konsep tata ruang tradisional lainnya,” kata Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubaraq, kepada Merdeka Bandung, Senin (25/7).
Menariknya, kata Machmud, elemen-elemen yang ada di sekitar Kaum Cimahi sangat mirip dengan konsep tata ruang yang dipakai Kerajaan Mataram di masa Sultan Agung.
Menurutnya, Kerajaan Mataram tidak menjadikan penjara sebagai elemen tata ruang pusat kota. Kemiripan tersebut memunculkan dugaan bahwa Cimahi sebelum kemerdekaan sangat mungkin sebagai bagian dari pemukiman prajurit Mataram.
“Mungkin saja Cimahi dulunya bekas perumahan pelarian tentara Mataram di masa penyerbuan ke Batavia,” katanya.
Dugaan itu dikuatkan keterangan dari sejumlah tokoh Cimahi. Selain itu, ditemukan pula sejumlah makam di daerah Cigugur. Beberapa makam diduga kuat kuburannya orang-orang Mataram.
“Ini sangat menarik untuk terus digali. Jangan-jangan yang membangun Cimahi awalnya orang-orang Mataram,” katanya.
Ada juga cerita bahwa Cimahi dulunya sebagai tempat perburuan Kerajaan Mataram terhadap penguasa Bandung atau Tatar Ukur bernama Dipati Ukur. Dipati Ukur adalah penguasa Bandung yang hidup pada abad ke-17 ketika Tatar Sunda berada dalam penjajahan Kerajaan Mataram.
Dalam cerita Dipati Ukur, tutur Machmud, penguasa Bandung ini mendapat tugas dari Kerajaan Mataram untuk menggempur Batavia yang dikuasai Belanda. Namun gempuran tersebut gagal.
Dipati Ukur sendiri dicap sebagai pemberontak Kerajaan Mataram. Pemberontakan Dipati Ukur dibantu sejumlah tumenggung yang ingin lepas dari cengkeraman Mataram.
“Nah Cimahi menjadi salah satu wilayah perburuan Dipati Ukur oleh Kerajaan Mataram. Jadi sangat mungkin orang Mataram lelah kemudian membuat tempat istirahat yang kemudian menjadi pemukiman yang kini Cimahi,” katanya.
Di sisi lain, secara geografis Cimahi dekat dengan Batavia. Prajurit Kerajaan Mataram yang akan menyerbu Batavia kemungkinan akan melintasi Cimahi. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-17.