Ada pedagang kaki lima spesialis PON

user
Muhammad Hasits 24 September 2016, 17:56 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kompetisi olahraga nasional empat tahunan PON membentuk tradisi bukan hanya di bidang olahraga, melainkan ekonomi. Ada pedagang-pedagang musiman yang selalu hadir menyertai PON.

Salah satunya Ade Foreman (39) yang sudah melewati lima kali PON dengan berjualan berbagai macam pernik olahraga, mulai maskot, baju, emblem, pin, gantungan kunci, dan lain-lain.

Pada PON XIX/2016, Ade Foreman menjual maskot surili yang diberi nama Lala dan Lili. Boneka maskot yang diambil dari hewan langka khas Jawa Barat itu dibanderol Rp 100.000 per buah.

Namun maskot PON XIX/2016 terdiri dari sepasang monyet surili bernama Lala dan Lili. Sehingga kurang lengkap jika hanya membeli satu boneka maskot saja. Ade membeli harga khusus bagi pembeli yang membeli sepasang.

“Jika membeli sepasang, harganya hanya Rp 150.000,” kata ayah dua anak itu, kepada Merdeka Bandung.

Harga maskot memang cukup tinggi karena mempertimbangkan tingkat kerumitan dalam pembuatannya. Ukuran tingginya sekitar 25 sentimeter menggunakan kain yang lembut lengkap dengan kain batik yang menjadi aksesoris si Lala dan Lili.

“Membuatnya rumit, jadi disesuaikan dengan harga,” jelas Ade yang membuat sendiri maskot tersebut. Di tubuh maskot terdapat label SNI yang menunjukkan bahwa proses pembuatan maskot tersebut resmi.

Ade tidak menjual sendirian, ia punya bos yang memberinya modal. Setiap ada event besar, ia dan kelompok dagangnya melakukan semacam rapat untuk menentukan produk yang akan dijual. Penentuan produk hasil pencarian di internet.

Untuk PON kali ini mereka memutuskan menjual maskot, yang lainnya hanya pelengkap. Pada PON 2012 di Riau, ia juga menjual baju dan maskot. “Kalau dihitung-hitung kita sudah lima kali PON,” kata pria asal Jakarta Barat ini.

Alasan berjualan di saat PON menurutnya karena mengejar momentum yang pas. Di luar PON, ia juga berjualan atribut partai. “Tiap momen besar kami ikut. Kalau musim olahraga ya jualan barang olahraga, kalau musim politik jualan atribut politik,” jelasnya.

Ia enggan membeberkan omzet jualan selama PON. Namun yang jelas, kata dia, dengan model bisnis tersebut cukup menghidupi anak dan istrinya. “Selain itu sambil jalan-jalan,” katanya.

Kredit

Bagikan