Ada pedagang kaki lima spesialis PON


Bandung.merdeka.com - Kompetisi olahraga nasional empat tahunan PON membentuk tradisi bukan hanya di bidang olahraga, melainkan ekonomi. Ada pedagang-pedagang musiman yang selalu hadir menyertai PON.
Salah satunya Ade Foreman (39) yang sudah melewati lima kali PON dengan berjualan berbagai macam pernik olahraga, mulai maskot, baju, emblem, pin, gantungan kunci, dan lain-lain.
Pada PON XIX/2016, Ade Foreman menjual maskot surili yang diberi nama Lala dan Lili. Boneka maskot yang diambil dari hewan langka khas Jawa Barat itu dibanderol Rp 100.000 per buah.
Namun maskot PON XIX/2016 terdiri dari sepasang monyet surili bernama Lala dan Lili. Sehingga kurang lengkap jika hanya membeli satu boneka maskot saja. Ade membeli harga khusus bagi pembeli yang membeli sepasang.
“Jika membeli sepasang, harganya hanya Rp 150.000,” kata ayah dua anak itu, kepada Merdeka Bandung.
Harga maskot memang cukup tinggi karena mempertimbangkan tingkat kerumitan dalam pembuatannya. Ukuran tingginya sekitar 25 sentimeter menggunakan kain yang lembut lengkap dengan kain batik yang menjadi aksesoris si Lala dan Lili.
“Membuatnya rumit, jadi disesuaikan dengan harga,” jelas Ade yang membuat sendiri maskot tersebut. Di tubuh maskot terdapat label SNI yang menunjukkan bahwa proses pembuatan maskot tersebut resmi.
Ade tidak menjual sendirian, ia punya bos yang memberinya modal. Setiap ada event besar, ia dan kelompok dagangnya melakukan semacam rapat untuk menentukan produk yang akan dijual. Penentuan produk hasil pencarian di internet.
Untuk PON kali ini mereka memutuskan menjual maskot, yang lainnya hanya pelengkap. Pada PON 2012 di Riau, ia juga menjual baju dan maskot. “Kalau dihitung-hitung kita sudah lima kali PON,” kata pria asal Jakarta Barat ini.
Alasan berjualan di saat PON menurutnya karena mengejar momentum yang pas. Di luar PON, ia juga berjualan atribut partai. “Tiap momen besar kami ikut. Kalau musim olahraga ya jualan barang olahraga, kalau musim politik jualan atribut politik,” jelasnya.
Ia enggan membeberkan omzet jualan selama PON. Namun yang jelas, kata dia, dengan model bisnis tersebut cukup menghidupi anak dan istrinya. “Selain itu sambil jalan-jalan,” katanya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak