“Mending gelo daripada korupsi”
Bandung.merdeka.com - “Hai kamu! Katanya mau memberantas korupsi. Ternyata kok malah korupsi, gubrak!” …Demikian salah satu bait puisi yang dibacakan penyair Agus Priyanto alias Gusjur Mahesa dalam peringatan tujuh tahun Majelis Sastra Bandung (MSB) di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Minggu (31/1).
Gusjur membacakan puisi berjudul “Mending Gelo Daripada Korupsi” dengan cara pembacaan yang tak biasa. Begitu naik ke atas panggung yang ditonton puluhan anggota MSB, ia sempat kesulitan mencari stand.
“Ada stand, nggak?” tanya dia kepada MC Miftahul Malik.
Akhirnya terpaksa ia menjadikan Malik sebagai stand puisi. Malik yang juga wartawan tabloid berbahasa Sunda terpaksa jongkok, lembaran naskah puisi disimpan di atas kepala. Malik sendiri harus berjongkok sambil memegangi naskah puisi.
Mengenakan kemeja lengan panjang bergaris hitam putih, Gusjur membawa golok-golokan terbuat dari kayu. Sepintas ia seperti orang yang hendak melakukan pemenggalan.
“Korupsi adalah narkoba yang membuat kamu terlena harta takhta dan wanita. Mobilmu mewah tak cukup dua tiga empat lima. Istrimu cantik tak cukup cantik dua tiga empat bahkan anak SMA, goblok siah,” kata Gusjur sambil mengacung-ngacungkan golok.
Sepertinya Gusjur gemas sekali pada koruptor. Koruptor seperti ada di hadapannya yang terus dikoyak-koyak oleh goloknya.
“Otakmu kosong sama dengan bolong. Mending gelo jiga aing tapi tara bohong. Selalu jujur, sederhana, tara menipu tapi tara korupsi, da euweuh nu dikorupsina.”
Puisi yang dibuat 2014 itu tidak lazim dengan puisi umumnya yang disusun dari kata-kata indah. Puisi Gusjur penuh dengan kata-kata kasar dan vulgar, banyak umpatan dan caci-maki pada prilaku korupsi. Syair ditulis dalam bahasa Indonesia campur Sunda.
Gusjur yang juga dosen bahasa Indonesia di Prodi Sastra dan Bahasa Indonesia STKIP Cimahi, membacakan puisi itu dengan logat Jawa yang cukup kental sehingga terdengar kocak. Gerakan dan ujaran-ujarannya membuat hadirin yang memadati ruang utama GIM tertawa.