Napak tilas masa keemasan tari balet di Bandung
Bandung.merdeka.com - Di masa lalu, Bandung sempat menjadi pusat pelatihan tari balet. Lokasi latihan dipusatkan di Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Bandung, Jawa Barat. Guru baletnya adalah Tanneke Burki, ibundanya pelatih aerobik Vicky Burki.
Pada era 50-an, para calon balerina sering latihan atau pentas di gedung yang berdiri di Jalan Naripan-Braga. Direktur YPK tahun 1957, Wigandi Wangsaatmadja mengatakan, di masa keemasannya YPK adalah pusat kebudayaan dengan lingkup nasional.
Hal itu sesuai dengan latar belakang pendiriannya, yakni sebagai gedung societeit, sebuah balai pertemuan zaman Belanda. Masa itu YPK disebut juga Gedung Tonil karena sering menjadi tempat pentas tonil atau sandiwara. YPK sendiri resmi berdiri di masa Republik Indonesia Serikat atau RIS pada 1948.
Di masa keemasannya, kesenian yang diperdalam di YPK tidak hanya kesenian lokal seperti tari keurseus, tetapi ada kesenian dari daerah lain seperti tari topeng, tari Bali, tari Jawa termasuk tari balet.
Menurut Wigandi, tiap tari dibimbing beberapa pelatih atau guru tari. Ia sendiri menjadi pelatih tari keurses, yaitu kesenian tari khas Jawa Barat. "Sedangkan tari balet dipegang Tanneke Burki, ibundanya pelatih aerobik itu," kata dia, mengacu pada pembawa acara Primaraga, Vicky Burki, di sebuah televisi swasta yang ngetop di tahun 90-an.
Pria 82 tahun tersebut menuturkan, Tanneke Burki begitu totalitas dalam mengajarkan tari balet kepada murid-muridnya. "Ia sendiri yang membawa piano, memainkan piano sekaligus mengajarkan balet," katanya dengan nada kagum.
Berkat jasa Tanneke, musik klasik pengiring balet mengalun di Gedung YPK, para penari balet laki-laki dan perempuan bergerak anggun, berputar, mengangkat kaki ke atas atau berjinjit sebagaimana gerakan balet.
Ia menyebutkan, pada masa itu mungkin YPK menjadi satu-satunya penyelenggara latihan tari yang berasal dari Italia itu. Hasil latihan balet ini sering dipentaskan ke Jakarta, termasuk di Istana Negara.
Wigandi pernah mengemban misi kebudayaan ke Helsinki, Finlandia. Misi ini membawa berbagai tari-tarian Indonesia, nyanyian, juga balet. "Artinya YPK ini tidak hanya melakukan pengembangan kesenian lokal, tetapi juga internasional. Kan misinya memajukan dan membina kebudayaan dari Indonesia maupun luar negeri. Makanya ada tari balet," katanya.
Akibatnya, jadwal kegiatan YPK sangat padat, hampir tidak ada waktu kosong. Selain melakukan pengembangan berbagai jenis tarian, YPK juga konsen pada seni dalang. Dalang terkenal masa itu, Sunarya, menjadi guru dalang yang kemudian melahirkan murid yang tidak lain anaknya sendiri, Asep Sunandar Sunarya.
"Jadi dalang Asep Sunandar Sunarya itu salah satu lulusan sekolah dalang YPK," katanya.
Kini seiring perkembangan zaman, pamor YPK makin memudar. Kegiatan pendidikan kesenian makin berkurang. Tidak ada lagi denting piano yang mengiringi tari balet di sana.