Toko jamu Babah Kuya, bukti pengobatan tradisional Cina yang melegenda

user
Farah Fuadona 25 Januari 2017, 11:21 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Bila ditanya di mana toko jamu legendaris di Bandung, semuanya pasti sepakat untuk menjawab Babah Kuya. Toko jamu yang berjualan sejak 1860an itu nyatanya masih eksis hingga kini. Nama toko jamu Babah Kuya sendiri tak hanya dikenal di dalam kota Bandung, namun juga merambah ke mancanegara.

Dalam kegiatan "Tour de Petjinan Van Bandoeng" yang diselenggarakan oleh Best Western Premier La Grande Hotel menggandeng Komunitas Aleut ini dijabarkan, bagaimana toko jamu Babah Kuya yang merupakan bisnis turun temurun dan masih mendapat kepercayaan masyarakat.

Koordinator Aleut, Arya Vidya Utama mengatakan, toko jamu Babah Kuya merupakan saksi eksistensi warga Tionghoa di awal kelahiran pusat niaga Kota Bandung. Toko jamu Babah Kuya didirikan oleh Tan Sioe How sekitar tahun 1800an.

"Toko Babah Kuya telah menurunkan keahlian meracik bahan ramuan tradisional nusantara secara turun temurun. Sebanyak 95 persen bahan jamu yang dijual di toko ini berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, sementara sisanya mengimpor dari luar negeri," jelas Arya, Selasa (24/1).

Koordinator literasi Komunitas Aleut, Irfan Teguh Pribadi menjelaskan bahwa toko jamu Babah Kuya berdiri sebelum Pasar Baru ada. Kini yang mengurus toko merupakan generasi ke empat. Penamaan Babah Kuya untuk toko jamu ini terbilang sederhana.

"Babah itu artinya bapak, kalau kuya itu kita ketahui dalam bahasa Sunda itu artinya kura-kura. Dipilihnya kuya untuk penamaan toko jamu ini karena dulunya pemilik pertama kali Babah Kuya memiliki kura-kura sebagai peliharaan. Maka jadilah Babah Kuya," jelas Irfan.

Ia menjabarkan, toko jamu Babah Kuya begitu terkenal sehingga tidak hanya menjadi rujukan bagi "Sinshe" atau pengobatan Cina, dan peramu pengobatan tradisional nusantara, tetapi juga menjadi rujukan pengobatan modern.

Kredit

Bagikan