Sri Mulyani: Mengelola ekonomi rumah tangga tak beda dengan negara
Bandung.merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut mengelola ekonomi negara sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mengelola rumah tangga. Prinsipnya ada tiga instrumen, miliki pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Hal itu diungkapkan Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum 'Kenali Anggaran Negeri: Membangun Pondasi Demi Pertumbuhan yang Lebih Berkelanjutan' di Graha Sanusi Universitas Padjajaran (Unpad) Kota Bandung, Selasa (29/11).
"Sebenarnya mengelola ekonomi rumah tangga, ekonomi mahasiswa tidak beda dengan mengelola negara," terang Sri Mulyani dalam paparannya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia lantas mengilustrasikan tata cara kelola negara dan rumah tangga. Untuk negara, misalkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) diakhir bulan mulai mengalokasikan beberapa anggaran.
"Misalnya akhir bulan ini Rp 40 triliun disiapkan untuk gaji PNS, TNI, Polri, itu sudah disiapkan untuk pembiayaan gaji nanti," ungkap dia. Begitu juga dengan rumah tangga di mana sebagai kepala rumah tangga harus menyiapkan gaji pembantu, sopir dan biaya sehari-hari dalam sebulan ke depan.
Mahasiswa juga tidak jauh berbeda tata kelolanya. "Misalkan kalian (mahasiswa) diberi uang bulanan pasti sudah memikirkan bagaimana bayar bulanan, sehar-hari dan lainnya," ujarnya. Bahwa prinsipnya untuk memutarkan roda ekonomi itu harus ada tiga instrumen tadi.
Hanya saja, beberapa strategi harus diterapkan agar roda ekonomi terus berputar. Pembelanjaan juga harus penuh perhitungan agar tidak mengalami kerugian. "Belanja Negara. Sama kaya RT kalau dibelanjakan tidak hanya habis begitu saja tapi bermanfaat," ungkapnya. "Mengurus negara sama juga. Kalau kita membelanjakan dengan baik jangan sampai ada pemborosan," imbuhnya.
Dia mengatakan, APBN 2016 sendiri mencapai Rp 2.000 triliun. Anggaran terbesar dialokasikan salah satunya untuk pendidikan yakni 20 persen. "20 persen atau sekitar 40 persen itu untuk investasi. Rp 400 triliun untuk pendidikan, hari ini, Anda-Anda yang diruangan ini kelompok yang menikmati anggaran itu," ujarnya.
Mengapa besar? Pembiayaan untuk pendidikan adalah bagian yang bermanfaat untuk jangka panjang. Apalagi Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2025 mendatang. "Inilah yang dikatakan besar tapi bermanfaat," terangnya.