'Rasia Bandoeng' Cerita cinta dan sejarah Tionghoa-Bandung abad ke-20

user
Farah Fuadona 21 Februari 2016, 10:51 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sejarah Bandung di awal abad ke-20 terekam dalam sebuah roman klasik yang kontroversial di zamannya. Roman itu berjudul “Rasia Bandoeng: Atawa Satoe Tjerita jang Benar Terdjadi di Kota Bandoeng dan Berachir Pada Tahon 1917.”

Roman berbahasa melayu tersebut dibedah dalam diskusi yang digelar Komunitas Aleut, komunitas pecinta sejarah Bandung, di Kafe Djadoel, Jalan Jenderal Sudirman, Bandung, Sabtu (20/2).

Roman yang ditulis Chabanneau setebal 240 halaman itu diterbitkan tahun 1918. Roman ini berisi kisah cinta orang Tionghoa di Bandung. Yang menjadi kontroversi, percintaan itu dialami sepasang kekasih satu marga, yakni perempuan muda bernama Tan Gong Nio alias Hilda dengan Tan Tjin Hiauw.

Hubungan mereka tak direstui orang tua. Dalam budaya Tionghoa, pernikahan satu marga sangat tabu. Namun pasangan kekasih itu memilih mendobrak tradisi. Mereka memutuskan kawin lari hingga punya anak.

Di acara bedah buku tersebut, Komunitas Aleut menghadirkan peneliti kebudayaan Tionghoa, Sugiri Kusteja. Penulis yang juga wartawan Lina Nursanty, serta pegiat Komunitas Aleut, Ariono Wahyu dan Irfan Teguh (moderator).

Lina Nursanty mengungkapkan, roman yang ditulis berdasarkan kisah nyata itu bisa menjadi rujukan sejarah Bandung, khususnya kehidupan Tionghoa di masa-masa awal tinggal di Bandung.

Selama ini, kata Lina, referensi sejarah Tionghoa di Bandung sangat kurang, apalagi kehidupan mereka seabad lalu. “Saya tak kenal budaya Tionghoa di kota saya sendiri hingga saya membaca novel ini,” katanya.

Lina telah menelusuri tempat dalam roman yang ternyata hingga kini masih ada. Begitu juga keluarga pasangan Tan yang menjadi tokoh sentral dalam roman. “Ternyata tokoh dan karakter itu asli, cerita nyata. Di dunia nyatanya keluarga dalam novel itu kini masih ada,” katanya.

Pegiat Komunitas Aleut, Irfan Teguh, menjelaskan, diskusi digelar Pustaka Resensi yang merupakan kelas program Komunitas Aleut, serta Pustaka Preanger. Roman tersebut sudah diresensi Komunitas Aleut.

Menurutnya, selain berisi cerita cinta yang kuat. Roman menggambarkan sejarah Bandung tempo dulu khususnya awal abad ke-20. “Kami tertarik dalam roman ini bagaimana kehidupan di Bandung di abad lampau,” katanya.

Dalam diskusi itu juga hadir beberapa perwakilan keluarga Tan. Diskusi berlangsung santai, sesekali keluarga Tan ikut nimbrung menyampaikan pendapatnya.

Kredit

Bagikan