'Rasia Bandoeng' Cerita cinta dan sejarah Tionghoa-Bandung abad ke-20

Diskusi novel Rasia Bandoeng
Bandung.merdeka.com - Sejarah Bandung di awal abad ke-20 terekam dalam sebuah roman klasik yang kontroversial di zamannya. Roman itu berjudul “Rasia Bandoeng: Atawa Satoe Tjerita jang Benar Terdjadi di Kota Bandoeng dan Berachir Pada Tahon 1917.”
Roman berbahasa melayu tersebut dibedah dalam diskusi yang digelar Komunitas Aleut, komunitas pecinta sejarah Bandung, di Kafe Djadoel, Jalan Jenderal Sudirman, Bandung, Sabtu (20/2).
Roman yang ditulis Chabanneau setebal 240 halaman itu diterbitkan tahun 1918. Roman ini berisi kisah cinta orang Tionghoa di Bandung. Yang menjadi kontroversi, percintaan itu dialami sepasang kekasih satu marga, yakni perempuan muda bernama Tan Gong Nio alias Hilda dengan Tan Tjin Hiauw.
Hubungan mereka tak direstui orang tua. Dalam budaya Tionghoa, pernikahan satu marga sangat tabu. Namun pasangan kekasih itu memilih mendobrak tradisi. Mereka memutuskan kawin lari hingga punya anak.
Di acara bedah buku tersebut, Komunitas Aleut menghadirkan peneliti kebudayaan Tionghoa, Sugiri Kusteja. Penulis yang juga wartawan Lina Nursanty, serta pegiat Komunitas Aleut, Ariono Wahyu dan Irfan Teguh (moderator).
Lina Nursanty mengungkapkan, roman yang ditulis berdasarkan kisah nyata itu bisa menjadi rujukan sejarah Bandung, khususnya kehidupan Tionghoa di masa-masa awal tinggal di Bandung.
Selama ini, kata Lina, referensi sejarah Tionghoa di Bandung sangat kurang, apalagi kehidupan mereka seabad lalu. “Saya tak kenal budaya Tionghoa di kota saya sendiri hingga saya membaca novel ini,” katanya.
Lina telah menelusuri tempat dalam roman yang ternyata hingga kini masih ada. Begitu juga keluarga pasangan Tan yang menjadi tokoh sentral dalam roman. “Ternyata tokoh dan karakter itu asli, cerita nyata. Di dunia nyatanya keluarga dalam novel itu kini masih ada,” katanya.
Pegiat Komunitas Aleut, Irfan Teguh, menjelaskan, diskusi digelar Pustaka Resensi yang merupakan kelas program Komunitas Aleut, serta Pustaka Preanger. Roman tersebut sudah diresensi Komunitas Aleut.
Menurutnya, selain berisi cerita cinta yang kuat. Roman menggambarkan sejarah Bandung tempo dulu khususnya awal abad ke-20. “Kami tertarik dalam roman ini bagaimana kehidupan di Bandung di abad lampau,” katanya.
Dalam diskusi itu juga hadir beberapa perwakilan keluarga Tan. Diskusi berlangsung santai, sesekali keluarga Tan ikut nimbrung menyampaikan pendapatnya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak