Bulan cinta Inggit Garnasih, penari Bandung gelar monolog 17 jam

user
Farah Fuadona 15 Februari 2016, 09:42 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sejumlah penari Bandung melakukan aksi Bulan Cinta Inggit Garnasih dengan menggelar tarian dan monolog selama 17 jam. Aksi dimulai di Car Free Day Dago pukul 07.00 Minggu (14/2) dan berakhir pukul 24.00 WIB, Senin (15/2) dini hari.  

Meski dilakukan 14 Februari, aksi ini tidak ada kaitannya dengan Valentine Day. Para penari melakukan aksi melelahkan itu untuk memperingati kelahiran istri Presiden Pertama RI, Soekarno, Inggit Garnasih.

Inggit adalah perempuan kelahiran Banjaran, Kabupaten Bandung, 17 Februari 1888. Inggit dinikahi Soekarno yang masih kuliah di ITB. Inggit banyak medukung perjuangan Soekarno untuk mengusir penjajah Belanda.

Aksi dibuka di kawasan CFD Dago, Jalan Ir H Djuanda, Bandung, oleh sekitar 30 orang pegiat seni dari Kelompok Anak Rakyat (Lokra), Kelompok Perempuan Mandiri Dewi Sartika, serta mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Setelah itu, aksi dilanjutkan di Gedung Indonesia Menggugat atau gedung bekas Pengadilan Landraad yang dulunya menjadi tempat sidang Soekarno karena dituduh makar oleh Belanda. Selama sidang di Lanraad, Soekarno ditahan di Penjara Banceuy. Hasil sidang kemudian memutuskan Soekarno ditahan di Penjara Sukamiskin. Di dua penjara ini Inggit rutin menjenguk sang proklamator.

Di gedung yang berdiri di Jalan Perintis Kemerdekaan Bandung itu para penari melakukan tarian di sejumlah titik, di museum Gedung Indonesia Menggugat, café, termasuk di halaman.

Tarian dilakukan tiga penari, yakni Taskia Harini, Junaida Nasution, Restu Meiliawati. Mereka dari Fakultas Seni Tari UPI. Monolog dilakukan Deska Mahardika Putri dari Fakultas Satra Sunda UPI. Deska juga pemain teater di kelompok Teater Lakon.

Tari dan monolog Inggit Garnasih
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana


Semua pemain memakai kebaya dan kain batik. Tanpa lelah, mereka berjalan sambil menari, sesekali mengusung hio, yang lainnya mengusung foto Inggit Garnasih. Di sela mereka menari, Deska membacakan roman tentang Inggit Garnasih karya sastrawan Ramadhan KH berjudul Kuantar ke Gerbang. Inggit memang mengantarkan Soekarno ke pintu gerbang kemerdekaan.

Ketua Lokra Gatot Gunawan menjelaskan, acara Bulan Cinta Inggit Garnasih tahun ini bertema Kami Nu Neundeun Katineung ka Ibu (Kami yang merindukan ibu).

“Kami ingin sampaikan ke masyarakat, bahwa aksi ini sebagai bukti penghormatan kepada Inggit yang tulus dengan cinta kasihnya kepada Soekarno. Ibu Inggit yang turut berjuang ketika Soekarno sedang kesusahan. Spirit inilah yang ingin diasampaikan ke masyarakat,” ungkap Gatot, di sela aksi.

Sebegai generasi muda, pihaknya merindukan sosok wanita yang penuh kasih sayang, yang ikhlas menolong tanpa pamrih. Sehingga Soekarno kala itu mampu mewujudkan mimpinya Indonesia merdeka. “Inggit adalah inspirasi wanita masa kini,” tandasnya.

Aksi tersebut diselingi pameran foto-foto Inggit Garnasih dan pembagian brosur tentang profil Inggit Garnasih tentang perannya dalam perjuangan. Sejumlah tempat yang menjadi sasaran aksi adalah Taman Cikapayang, Jalan Braga, Gedung Merdeka, Museum Inggit Garnasih di Jalan Ciateul, dan makam Inggit Garnasih di Kopo.

Aksi kemudian akan kembali di Gedung Indonesia Mengguggat dengan suguhan tarian dari kelompok tari UPI, Wirahma. Acara ini ditutup dengan happening art berupa penyalaan lilin tepat pukul 24.00 WIB.

Kredit

Bagikan