Ketika internet menjadi mirror image dunia nyata

user
Mohammad Taufik 10 Februari 2017, 11:06 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Seniman sekaligus kurator dalam pameran "I Know What I Do And I Do It Anyway" di Galeri Soemardja Institut Teknologi Bandung, Putri Larasati, mengatakan penemuan internet sebagai platform berbagi pakai dalam dunia maya telah berkembang menjadi sebuah mirror image dari dunia nyata itu sendiri.

Revolusi perkembangan teknologi penemuan tersebut melingkupi berbagai macam aspek, kata dia. Namun utamanya dalam aspek sosial dan budaya.

"Perkembangan ini terlihat signifikan dikarenakan adanya penemuan dalam platform baru di dunia maya tersebut yang dikenal dengan nama media sosial. Media sosial merupakan media transparan serta memiliki partisipator terbanyak karena memiliki berbagai kemudahan. Penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi dan berkontribusi dalam media sosial tersebut," kata Putri, Kamis (9/2).

Adapun dalam media publik tersebut, keberadaan citraan diri dinilai sangat penting, dikarenakan adanya kesadaran dari para konsumen media sosial tersebut atas interpretasi diri yang terbentuk atas penampilan maya yang mereka tunjukkan pada khalayak ramai.

Banal, kata dia, dalam hal ini dapat merujuk pada barang yang sederhana dan sehari-hari. Dapat pula merujuk pada imaji serapan budaya populer yang biasa didapat pada internet. Kata 'banal' ini terkadang diambil sebagai rujukan kata yang biasa disebut saat melihat kedangkalan yang terkadang muncul dari layar.

Dari situ menunjukkan beberapa konten umum dari platform sosial media yang menunjukkan imaji publik yang didekonstruksikan dan dieksploitasi menjadi sebuah bentukan baru memiliki konten jenaka, menyerang, dan lain sebagainya.

"Di sini, penggunaan kata banal pun mengalami overlapping dikarenakan ditambahkan pemahaman baru yang didasari oleh pemahaman salah menurut persepsi khalayak ramai, dimana terminologi kata banal sesungguhnya berarti kasar dan biasa sekali," ujarnya.

Kredit

Bagikan