Sebelum dilepas, sepasang surili Lala dan Lili diberi makan petai
Bandung.merdeka.com - Meski sudah dilepas ke alam liar, sepasang surili (Presbytis comate) bernama Lala dan Lili masih akan tetap disuplai makanan. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian bagi Lala dan Lili sebelum benar-benar bisa mencari makan sendiri di alam liar.
“Surili yang sudah direhabilitasi tidak akan 100 persen liar, dia butuh adaptasi,” kata Koordinator pengasuh satwa dari Pusat Rehabilitasi Aspinall Foundation, Sigit Ibrahim.
Pelepasan Lala dan Lili merupakan rangkaian menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat. Pelapasan dilakukan Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Umum PON Jabar, Ahmad Heryawan di Cagar Alam Patengan, Kabupaten Bandung, Rabu (7/9).
Sigit menuturkan, Lala dan Lili merupakan surili hasil perkawinan di kebun binatang di Inggris. Lala berurumur empat tahun dan Lili berumur tiga tahun. Hewan sebangsa monyet atau primata yang terancam punah ini didatangkan ke Indonesia 19 November 2015.
Sebelum dilepas ke alam liar, keduanya menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Aspinall Foundation di kawasan Gunung Patuha, Ciwidey, Kabupaten Bandung.
“Setelah menunjukkan tanda-tanda insting liarnya, pola makannya bagus, perilakunya teramati cukup bagus bebas dari penyakit dan virus maka dilepaskanlah ke kawasan cagar alam ini,” ujar Sigit.
Pada 1 September lalu, pihaknya membuatkan kandang habituasi untuk pasangan surili di kawasan cagar alam. Kandang ini sebagai proses adaptasi sebelum pelepasliaran.
“Setelah dilepas untuk beberapa saat dia merasa aman untuk pulang ke kandang habituasi dan kita terus monitoring dengan tim,” katanya.
Lama adaptasi di hutan liar tergantung sejauh mana surili bisa beradaptasi. Ada yang perlu waktu seminggu hingga sebulan. Mereka biasanya akan nyaman tinggal di alam liar setelah menemukan pakan atau temat tidur berupa pohon besar.
Setelah mereka nyaman, akses ke kandang akan ditutup hingga kandangnya dihilangkan. “Jadi memang butuh adaptasi sebagaimana kita mengajarkan ke anak,” jelasnya.
Selama proses adaptasi itulah tim akan memberikan makanan secara terbatas. Lala dan Lili misalnya diberi salah satu makanan kesukaan mereka, yakni petai. “Setelah minggu berikutnya kita akan stop dan tergantung dia belajar memetik pakan alami yang ada di kawasan tersebut,” ujarnya.
Ia berharap, pelepasan ini bisa menambah populasi surili yang terancam punah. Pelepasan dilakukan di kawasan wisata alam yang sering dikunjungi wisatawan. Tujuannya sebagai edukasi kepada masyarakat bahwa surili adalah hewan yang dilindungi.
“Pelepasan ini membutuhkan dukungan dari masyarakat, karena manusia menjadi faktor ancaman bagi surili,” kata Sigit.