Teror bom tidak selalu terkait dengan jaringan terorisme

user
Muhammad Hasits 10 Januari 2016, 17:40 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Persoalan terorisme masih menjadi ancaman bagi Indonesia. Seperti teror bom pada malam tahun baru di depan Rumah Dinas Wali Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum, Jumat (1/1) pekan lalu.

Menurut Kriminolog Unpad Yesmil Anwar, banyak isu yang menjadi latar belakang peristiwa bom tersebut. Hal ini menyulitkan polisi untuk mengungkap pelakunya.

Menurutnya, pelaku bom tidak harus selalu terkait dengan jaringan terorisme yang ada di Jawa Barat maupun Indonesia. “Tidak harus terkait sebab banyak isu yang bisa ditarik korelasinya dengan kejadian bom tersebut,” kata Yesmil, kepada Merdeka Bandung, Minggu (10/1).

Penulis buku “Kriminologi” itu mengungkapkan, bom tersebut sebagai pesan antara, tujuan utama pelaku bisa jadi bukan TV ONE maupun kepada Wali Kota Bandung mengingat lokasi bom tepat di depan Pendopo atau rumah dinas Wali Kota Bandung.

“Bom yang meledak di Bandung ini pesan yang perlu diperhatikan sebagai pesan antara. Pesan kan tidak harus langsung disampaikan ke tujuan. Ini pesan antara yang ditipkan melalui media yang tidak lain sebagai penyampai informasi. Maka diambil TV One, tapi ada rumah dinas Wali Kota Bandung di situ, waktunya bertepatan dengan tahun baru. Pesannya  bahwa saya (pelaku teror) ada,” papar Yesmil.

Ia tidak mempersoalkan bom tersebut dilakukan secara iseng atau serius. Jika iseng, lanjut dia, kenapa bisa lolos dan meledak. Jika serius, tentu pelaku bom tersebut menggunakan metode tertentu yang biasa dilakukan jaringan terorisme.

Menurutnya, terorisme muncul karena adanya ketidakadilan negara. Mereka mengekspresikan diri melalui teror. Tindakan ini tentu tidak bisa dibenarkan. Hanya saja terorisme terkait dengan isu keadilan dan kesejahteraan rakyat.

“Kalau sulit ekspresikan diri maka akan terjadi hal tak pantas salah satunya bom, kekacauan, kejahatan,” kata Yesmil yang juga dosen hukum pidana Unpad.

Isu lain muncul di saat terjadinya bom adalah instabilitas, masalah HAM hingga ketidaksukaan pelaku teror terhadap polisi. Menurutnya, ada pihak tertentu yang menginginkan terjadinya instabilitas di Jawa Barat.

Kredit

Bagikan