Program Kang Pisman, Oded Klaim Bisa Hemat Rp 150 Miliar Per Tahun

user
Endang Saputra 10 Desember 2018, 18:35 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pemerintah Kota Bandung tengah gencar mengkampanyekan program penanganan sampah lewat program Kang Pisman (Kurangi Pisahkan Manfaatkan). Program ini merupakan program 100 hari kerja pemerintahan Oded - Yana.

Wali Kota Bandung Oded Mohamad Danial mengatakan, ada delapan kelurahan yang akan menjadi proyek percontohan untuk program Kang Pisman. Delapan kelurahan tersebut yakni Sukamiskin, Neglasari, Sukaluyu, Cihaurgeulis, Mengger, Gempolsari, Babakan Sari dan Kebon Pisang.

"Yang sekarang ini dilakukan di Babakan Sari tapi menghadirkan delapan kawasan bebas sampah dari delapan kecamatan. Maksudnya Mang Oded mengajak delapan kelurahan untuk menjadikan kawasan bebas sampah ini. Mereka bisa mereplikasi bagaimana pengolahan sampah di Babakan Sari ini," ujar Oded kepada wartawan di sela acara rapat pembentukan model pengelolaan sampah di Kelurahan Babakan Sari, Kota Bandung, Senin (10/12).

Menurut Oded, Kelurahan Babakan Sari menjadi percontohan karena sudah sangat baik dalam pengelolaan sampah berbasis zero waste. Selain itu juga, lurahnya sangat aktif membina seluruh lapisan masyarakat dalam menerapkan program pengelolaan sampah yang baik.

"Karena luar biasa di Kelurahan Babakan Sari ini dari 18 RW, ibu lurahnya membina semua dari komunitas, LSM masyarakat luar biasa masif. Sehingga bersih, sampah-sampah terkelola dengan baik. Saya berharap bagaimana role model ini bisa direplikasi semua.
Sekarang kam sedang membuat role model, ada delapan kelurahan. Mang Oded konsen di 8 kelurahan ini," kata dia,

Oded mengungkapkan, kawasan bebas sampah ini nantinya merupakan perwujudan gerakan Kang Pisman seperti mengurangi, memilah, hingga mengolah sampah menjadi barang yang dapat dimanfaatkan. Dia yakin dengan pengolahan sampah di wilayah, volume sampah yang dihasilkan Kota Bandung bisa berkurang. Dampaknya akan ada efisiensi anggaran dari yang selama ini digunakan untuk mengangkut sampah ke TPA.

"Sekarang sampah dikelola dengan pola seperti, kumpul angkut buang kumpul di RW angkut ke TPS, dari TPS dibuang ke TPA. Itu kan hampir di angka Rp 150 miliar transportasinya, tiping feenya pertahun. Otomatis kalau sampah selesai di wilayah kan tidak ada transportasi maka dana itu akan jadi efisiensi," ucap Oded.

Oded menyebut, pihaknya akan memasifkan program ini ke seluruh lapisan masyarakat. Salah satu tantangan yang dihadapinya yakni mengubah kultur masyarakat dalam mengelola sampah.

"Tantangan yang paling saya lihat adalah masalah budaya. Oleh karena itu saya sejak awal mencanangkan bahwa saya sosialisasi kemana-mana, bahwa sesungguhnya yang harus kita bentuk adalah budaya masyarakat. Saya sampaikan sekali lagi ada output outcome yang tidak ternilai adalah ketika sudah terbentuk budaya masyarakat," katanya.

Kredit

Bagikan