Menkominfo ancam tutup platform negatif jika masih bandel

Menkominfo Rudiantara
Bandung.merdeka.com - Menkominfo Rudiantara kembali mengingatkan penyedia platform media sosial yang tetap menyebarkan konten negatif. Peringatan sudah beberapa kali dilayangkan pada platform media sosial agar menghapus konten negatif apalagi sampai menyebarkan nilai-nilai radikalisme.
Pernyataan Rudiantara, berkaca dari beberapa aksi pelaku terorisme tunggal atau dikenal lone wolf. Terbaru terduga pelaku terorisme di Bandung Agus Wiguna (22) yang memiliki serangkaian bom panci di bilangan Buah Batu Bandung, karena memang belajar dari internet.
"Sejak 2016 permintaan untuk matikan konten negatif di akun dimedsos baru mencapai 50 persen yang dilakukan penyedia platform. Ini memang mengecewakan," kata Rudiantara usai menghadiri deklarasi anti radikalisme perguruan tinggi di Jawa Barat, yang dilaksanakan di Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jumat (14/7).
"Kami minta harus memperbaiki. Saya izin kalau tidak ada perbaikan, saya akan serius. Kami akan sangat serius untuk menutup platform ini. Jadi kalau ada yang main facebook, Youtube tiba-tiba tidak ada ya ini bentuk serius kami. Ini harus menjaga kondusifitas, jadi kalau ada platform begitu Kami akan sangat mempertimbangkan ditutup," terang Rudiantara menambahkan.
Dia menceritakan, pernah bertemu dengan salah satu penyedia platform yang masih tidak memblokir media sosial dengan konten negatif. Peringatan keras pernah dilakukan agar berbisnis di Indonesia tetap harus memperhatikan stabilitas negara.
‎"Saya pernah bilang Anda di Indonesia bisnis. Jadi logikanya siapapun yang bisnis di Indonesia harus ada stabilitas negara. Saya tanya Anda mau bisnis atau kacaukan negara ? Kalau bisnis lakukan aturan-aturan ini," ucapnya.
Dia menyatakan, sebagai bentuk gertakan pemerintah pada penyedia platform media sosial, pihaknya akan menutup akses iklan sebagai salah satu pemasukannya. "Karena secara teknis memang tidak bisa langsung ditutup. Tapi mereka tidak bisa pasang iklan dan Kominfo sudah melakukan hal itu," sebutnya.
Dia mengatakan, dunia maya itu sendiri dikategorisasikan dalam dua. Pertama website yang biasanya berisikan media mainstream. Kedua media sosial. "Kalau website itu bisa dikontrol, tapai kalau media sosial semua bisa menggunakan dan sulit pengontrolannya," jelasnya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak