Bocah narik angkot di Bandung baru kelas 6 SD, ini alasannya nyopir

user
Mohammad Taufik 26 April 2017, 17:09 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kepolisian menghadirkan bocah yang kedapatan 'narik' angkot di Kota Bandung. Bocah berinisial GMA itu ternyata duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas VI SD. Usianya baru 13 tahun. Hal itu diketahui dari pemeriksaan sementara terhadap bocah tersebut di Gedung Satlantas Polrestabes Bandung, Rabu (26/4) sore.

"Iya masih SD kelas enam. Usianya baru 13 tahun," kata Kanit Dityaksa Polrestabes Bandung AKP Dewi Khodijah pada merdeka.com.

GMA didampingi pemilik angkot jurusan Cicaheum-Ciwastra itu diambil keterangannya langsung Kasatlantas Polrestabes Bandung AKBP Asep Pujiono. Tampak Wakasatlantas Kompol Maria Horet Hera dan AKP Dewi Khodijah mendampingi.

Adapun dari pihak Dishub Kota Bandung diwakili Kepala Bidang Angkutan dan Terminal Yosep Heryansyah.

Saat dimintai keterangannya, bocah itu mengakui menarik angkot jurusan Ciwastra-Cicaheum trayek 09. Dia menarik angkot pada Selasa (25/4) petang. "Iya itu (foto saat mengendarai mobil) di dekat Samsat Kiaracondong," ujar GMA yang terlihat menunduk.

Pantauan merdeka.com, bocah berinisial GMA itu dimintai keterangannya langsung oleh Kasatlantas Polrestabes Bandung AKPB Asep Pujiono di Gedung Satlantas Polrestabes Bandung. Beberapa pengakuan terlontar dari bocah yang kini duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD) itu.

"Iya. Saya mah enggak kebetulan saja naik karena yang punya mobil itu lagi sakit perut," kata GMA. Saat itu, kata dia, bocah tersebut tengah berada di Tugu Pasar Kordon, Ciwastra. Dia lalu bertemu dengan Ronald Tambunan (32) sopir trayek 09 tersebut.

Dia mengaku, Ronald mengajaknya masuk untuk mengemudikan sementara angkot karena kondisi perut Ronald tiba-tiba melilit. "Katanya sakit perut, akhirnya saya bawa angkotnya. Dekat dari tugu Kordon sampai perempatan Samsat," ujarnya.

RMA mengemudikan angkot itu pada Selasa (25/4) petang kemarin. Sesampai di Samsat, kata dia, kemudi angkot kembali diserahkan ke Ronald. "Dekat selurusan segitu saja," ucapnya yang didampingi Ronald.

Dia mengira momen fotonya menjadi viral di media sosial terjadi di perempatan Samsat. "Kayaknya di dekat samsat. Saya enggak tahu itu tiba-tiba (menyebar)."

Bocah itu mengaku baru dua minggu mengemudikan sepeda mobil. Dirinya belajar dari temannya. "Baru dua minggu bisa mobil, enggak sering kok. Tiga kali (narik angkot) sama sekarang, tapi dekat-dekat," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung Didi Ruswandi mengaku menyesalkan adanya anak di bawah umur menjadi sopir angkot. Menurut dia, hal ini menjadi langkah mundur terutama terkait upaya untuk memperbaiki citra angkutan umum di Kota Bandung.

"Dengan adanya kejadian ini boleh dibilang langkah mundur. Ya kalau pukulan mah, ini pukulan sangat berat buat kita stakeholder perhubungan termasuk Dishub juga koperasi dan mungkin juga kepolisian," ujarnya.

Terlebih lagi, kata Didi, Dishub bersama tiga koperasi di Bandung yakni Kobanter, Kobutri dan Kopamas sedang berupaya membangun konsorsium. Selain itu juga, pihaknya bersama tiga koperasi tersebut juga berencana membangun kantor bersama di Gedebage dalam rangka memperbaiki transportasi di Bandung.

Namun dengan adanya kejadian ini, langkah untuk membenahi transportasi di Bandung kembali mundur. "Kita mau bikin kantor bersama di Dishub di Gedebage. Itu dalam rangka tek-tokan semua hal dalam rangka memperbaiki transportasi dimana salah satunya yang mau digagas itu mau membangun angkot santun," ucapnya.

"Nanti dikasih stiker, kriterianya dia pakai seragam, pakai pengenal kemudian dia tidak ugal-ugalan, tidak merokok dan lain sebagainya. Ketika dia sudah komitmen nanti dia ditempel terus ada nomor hotline-nya. Ketika itu sedang digagas, eh di tengah suasana ini ada viral (foto sopir angkot bocah)."

Untuk mengantisipasi kasus tersebut, Didi mengaku akan mengoptimalkan peran pengurus jalur yang ada di pos jaga Kelompok Pelayanan Usaha (KPU) angkot di setiap trayek.

"Tadi sudah ngobrol dengan Kobutri akan dipanggil pengurus jalur, akan ditegur kemudian akan diaktifkan lagi pengurus pengurus jalur dengan KPU. Jadi mungkin KPU selama ini 'punten' (maaf) pembinaannya belum optimal. Mereka hanya nunggu di titik-titik point tertentu," ucapnya.

Selain itu, kata Didi, Dishub bersama kepolisian berencana membuat tim operasi untuk merazia angkot. "Dulu kejadian seperti ini juga pernah terjadi di angkot jurusan Ciwastra-Cijerah. Ketika makan dipakai oleh anaknya. Tapi itu alasan yang enggak masuk akal," tuturnya.

Kredit

Bagikan