Mengintip aksi 150 barberman mencukur 1000 orang di Bandung

user
Farah Fuadona 24 Januari 2017, 15:02 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Dengan menggunakan berbagai peralatan cukur seperti gunting dan sisir, para barberman (tukang cukur) dengan cekatan merapikan rambut para pelanggan. Setidaknya ada 150 barberman yang beraksi dalam kegiatan bertajuk 'Enakin Kepala Massal, Ngabagi Rasa Ku Pangabisa' yang digelar di Yellow Truck Coffee, Jalan Linggawastu, Selasa (24/1).

Acara ini digagas oleh ratusan barberman yang tergabung dalam Persatuan Pangkas Rambut Garut (PPRG) dan Brocode Barber.

Ketua pelaksana acara, Rudy mengatakan acara ini sebagai salah satu bentuk kepedulian untuk berbagi terhadap masyarakat. Acara sengaja dinamakan 'Ngabagi Rasa Ku Pangabisa' yang berarti berbagi dengan kemampuan yang dimiliki yakni memangkas rambut.

"Jadi intinya kami punya kemampuan yang dibagikan sama warga. Kami gelar acara cukur gratis untuk 1.000 orang dalam durasi 6 jam. Selain memberikan service cukur gratis kepada warga. Aksi ini juga dilakukan kepada anak yatim piatu yang berada di Bandung," ujar Rudy kepada Merdeka Bandung di sela acara.

Menurut dia, barberman yang berpartisipasi dalam acara ini merupakan anggota PPRG yang telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Utamanya berada di wilayah Jabodetabek. Mereka semua berkumpul di Bandung untuk mengikuti acara cukur massal tersebut.

"Barberman Asgar (asli Garut) di mana pun berada, mereka semua kumpul di sini untuk berpartisipasi dalam acara cukur massal ini," katanya.

Menurut Rudi, melalui acara ini menjadi salah cara meningkatkan nilai jual profesi tukang cukur yang selama ini masih dipandang sebelah mata. Padahal menurut dia, profesi tukang cukur saat ini merupakan profesi yang cukup dicari, apalagi di kota-kota besar di Indonesia.

"Istilah tukang itu kan rada terpinggirkan ya. Melalui acara ini sebagai salah satu cara untuk menaikkan nilai jual para seniman rambut, supaya mereka punya nilai jual. Tukang kopi saja sekarang jadi barista. Kenapa tukang cukur juga tidak seperti itu, jadi seniman rambut atau barberman," ungkapnya.

Rudy mengungkapkan di PPRG sendiri saat ini ada 1600 anggota tukang cukur. Mereka semuanya berasal dari Garut. Hingga kini mereka tersebar di seluruh wilayah Indonesia seperti Sulawesi, Bali hingga Bangka Belitung.

Senada dengan Rudy, perwakilan dari Brocode Yeremia mengatakan tujuan digelarnya acara ini untuk menaikan kasta tukang cukur di Bandung. Menurut dia, tukang cukur selama ini hanya dipandang sebagai tukang yang identik dengan pekerjaan yang berada di kasta bawah.

"Tukang kopi saja ganti nama menjadi barista itu kasta naik. Tukang cukur juga harus naik kastanya bukan hanya di pandang sebagai tukang tetapi seniman rambut," katanya

Dengan begitu dapat meningkatkan daya tawar tukang cukur di masyarakat. Dia berharap selain meningkatkan daya tawar juga  tukang cukur ini dapat meningkatkan tanggung jawab baik dari segi pelayanan maupun dari segi bisnis.

‎"Kalau dilihat dari sisi bisnisnya memang ada GAP yang jauh antar barber shop dan tukang cukur. Untuk harga saja berbeda, apabila barber shop Rp 50 ribu, di pangkas rambut Rp 15 ribu, padahal hasilnya sama," ujarnya.

Kredit

Bagikan