Aturfrekuensi komunitas zine asal Ciamis
Bandung.merdeka.com - Harum aroma pinus dari kertas yang dibaca, bunyi lembaran kertas yang dibuka mendorong terbitnya Aturfrekuensi Zine di Ciamis. Aturfrekuensi—dengan huruf A simbol anarki—turut menyemarakan pesta zine terbesar di Bandung, Bandung Zine Fest 2016 di Spasial Jalan Gudang Selatan Nomor 22 Bandung.
“Seperti hari ini, sedang banjir-banjirnya air di mana-mana eh informasi hanya berbunyi “klik” lah yang terdengar, sedangkan harum pinus dari kertas, atau suara memilah halaman semakin menuju kepunahan,” tulis redaktur Aturfrekuensi Zine, Azmy Yanuar Muttaqien, dalam sambutan redaksi edisi pertamanya yang terbit akhir 2015.
Ditemui di sela BZF 2016, Azmy menjelaskan penerbitan Aturfrekuensi Zine didorong makin merosotnya minat baca masyarakat Ciamis, khususnya generasi muda. Ia khawatir budaya membaca generasi muda saat ini kian menurun.
“Zine ini diharapkan bisa menaikan minat baca, makanya isinya kebanyak tulisan.Tapi yang baca juga suka cari gambar, maka ditambahkan gambar dan foto,” jelas Azmy yang sehari-hari masih kuliah di Universitas Galuh Ciamis.
“Zine ini juga menyalurkan kegiatanmenulis para penulis yang tidak bisa diterima media mainstream,” tandas pria 20 tahun yang juga kerja sebagai staf tata usaha di SMPN 1 Rancah, Ciamis.
Saat ini Aturfrekuensi Zine sudah berumur satu tahun dan menghasilkan empat edisi. Dalam satu edisi, zine ini memuat 10 konten kiriman kontributor.
Tagline Aturfrekuensi Zine adalah “Mengabarkan Kegelisahan.” Maksudnya, karena isi zine sangat beragam mulai musik, puisi, esai, artwork, ilmu pengetahuan umum hingga iklan produk.
“Konten campur, kita ingin semua tampung. Ada yang berisi curhatan, kritik terhadap pemerintah, lingkungan, ” katanya.
Pada BZF 2016, Aturfrekuensi Zine menyajikan edisi khusus berupa satu bundle zine edisi satu sampai empat 21 Agustus 2016. Selain itu, edisi khusus ini dilengkapi dengan satu buah buku lagu-lagu band lokal Cimamis, yakni Rindu Svastimukha Semu berjudul “Dead As A Doornail” dan album kompilasi band-band Ciamis.
Bundel zine tersebut masih dilengkapi dua lembar stiker dan dua buah zine mini buatan Metal Gear Zine, sebuah zine lokal Ciamis. Semuanya dijual Rp 20 ribu.
Penerbitan zine hitam putih yang difotokopi di kertas HVS 70 gram itu dikerjakan secara gotong royong, kerja sama dengan sponsor produk distro, tukang fotokopi, dan dari kocek sendiri.
“Mudah-mudahan zine ini membantu meningkatkan minat literasi,” kata Azmy.