Hindari korupsi mulai dari hal kecil seperti mengisi baterai ponsel
Bandung.merdeka.com - Tahukah Anda bila melakukan pengisian baterai ponsel dengan mencolok chargeran disembarang tempat merupakan bagian dari pencurian atau korupsi yang tak pernah disadari? Ya, banyak sekali yang tak menyadari itu.
Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Sangga Buana YPKP, Roni Tabroni mengatakan, melakukan pengisian baterai ponsel secara sembarangan merupakan hal sepele yang tak disadari. Hal tersebut sering dilakukan ditempat umum seperti mal, ataupun kampus.
"Tidak banyak yang menyadari kalau nyolok listrik itu ada energi yang diambil. Ada riset apakah banyak yang menyadari enggak itu perbuatan salah dan 90 persen tidak tahu itu salah padahal ngambil sesuatu tanpa permisi itu salah," ujar Roni kepada Merdeka Bandung, Kamis (19/10).
Lebih lanjut Roni menuturkan, jika melakukan hal salah tidak disadari itu akan membangun karakter yang tidak baik ke depannya.
"Saat nongkrong dimanapun habis baterai pasti enggak mikir lama dan langsung charge tanpa memikirkan apakah mereka mengizinkan atau tidak. Hanya sepersekian yang diambil tapi tidak disadari. Listrik yang digunakan itu kalau dirupiahkan memang kecil tapi bukan itu. Sikap pencuriannya itu yang harus diperhatikan," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya tengah gencar aktif dalam kegiatan 'Kampus Anti Korupsi. Dimana mahasiswa jurusan komunikasi melakukan kegiatan yang bertujuan mengajak mahasiswa menyadari kesalahan sedikit apapun, seperti mencolok listrik seenaknya.
Colokan listrik
© 2017 merdeka.com/Astri Agustina
"Kegiatan 'Kampus Anti Korupsi' ini prosesnya panjang ikuti seleksi pemberantasan anti korupsi dilingkungan kampus berbasis kegiatan mahasiswa. Kita menjadi salah satu perwakilan masuk untuk menjadi percontohan proses anti korupsi ditingkat kampusnya," jelasnya.
Yang dilakukan kampanye anti korupsi ini adalah pembangunan karakter anti korupsinya, bukan memberantas korupsi diwilayah kampus. Pembangunan karakter ini dimulai dari aktivitas nyolok listrik. Setiap orang melakukannya dan bahkan setiap harinya bahkan bisa melakukan beberapa kali.
"Kampanye lewat 'Lalu Listrik' itu colokan dikampus kita dititik-titik yang sifatnya publik ditempel stiker warna merah, kuning, dan hijau. Jika dicoloka itu merah berarti mahasiswa tidak boleh nyolok ke listrik. Kuning, boleh tapi izin dulu. Sedangkan hijau boleh bagi mahasiswa," papar dia.
Sementara itu, salah seorang peserta kampanye anti korupsi yakni Iwan Seppriadi mengatakan, bulan ini program tersebut baru direalisasikan. Ini merupakan eksperimen sosial.
"kalau misalnya colokan berearna hijau kurang ya nanti akan kita laporkan ke rektorat biar ada tambahan. Sebenarnya masih ada saja yang mahasiswa maksa nyolok listrik karena ketergantungan. Program 'Lalu Listrik' sendiri efektif. Mahasiswa jadi lebih aware kalau nyolok listrik seenaknya itu bukan perbuatan baik," tutur Iwan.