Kreatif, ini boneka lumut karya anak muda Bandung

user
Muhammad Hasits 21 Januari 2016, 19:45 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Selama ini lumut dianggap sebagai tanaman pengganggu yang hidup di tempat-tempat lembap. Bukan tanpa alasan memang, tumbuhan ini kerap kali menempel pada bagian tumbuhan lain. Inilah sebabnya, keberadaan lumut dianggap sebagai tanaman penganggu.

Namun, di tangan Faldi Adisajana (22), lumut justru dimanfaatkan menjadi kerajinan tanaman yang cukup unik.  Dengan mengadopsi teknik menanam tradisional dari Jepang yang menggunakan media tanam lumut (kokedama), lumut-lumut ini dibentuk menjadi kerajinan tanaman indah dan lucu.

"Ini namanya boneka lumut Planter Craft," ujar Faldi kepada Merdeka Bandung saat ditemui di rumah produksi Planter Craft di Jalan Sukagalih, Kota Bandung, Kamis (21/1).

Dengan menggunakan campuran tanah, serabut kelapa (kokopeat), kerikil serta lumut, bahan bahan tersebut dicampur yang kemudian dibentuk berbentuk bulat. Setelah itu diatasnya, ditanam tanaman hias seperti tanaman salju, anggrek, kaktus, begonia, serta tanaman hias lainnya.

"Tanaman ini hidup. Dan cara perawatannya sangat simple yakni seminggu sekali cukup dicelupkan di air selama 3-5 menit," ucap Faldi.

Faldi mengungkapkan pembuatan 'boneka lumut' mulai dirintis sejak Juni 2015 lalu. Faldi yang merupakan mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian angkatan 2012 mengaku terinspirasi dari proses merangkai tanaman dengan Kokedama dari Youtube.

Dari situ kemudian dia bersama sejumlah rekannya  di kampus mencoba mempraktikan seperti halnya yang ada dalam tayangan video. Dengan berbekal tanah serta lumut yang dia cari sendiri akhirnya berhasil membuat kerajinan berbentuk bola lumut. Namun saat itu bentuknya belum sempurna seperti sekarang yang dihias menggunakan tangan, kaki, mata serta packaging khusus.

"Saya nyari sendiri lumutnya. Waktu itu pergi ke Tahura Dago sambil bawa tas buat nyari lumut yang bagus," kata Faldi.

Faldi kemudian mulai membuat bentuk bola lumut. Namun untuk bagian bawahnya menggunakan bentuk pot-pot yang unik seperti bentuk timbangan. Dari situ Faldi kemudian memposting hasil karyanya di Instagram.

"Dari situ kemudian mulai banyak yang suka. Tapi kemudian beberapa orang banyak yang komplain.  Karena tanamannya mati," ujar Fadli.

Sejak saat itu, Fadli mulai mencari tahu penyebab dari tanamannya yang dibuatnya banyak yang mati. Dia pun banyak bertanya kepada para petani tanaman hias ada di Bandung. Ternyata, ada yang salah dari komposisi Ia gunakan dalam membuat kerajinan tanaman yang dibuatnya.

"Kalau waktu pertama nyoba itu langsung nyoba pakai tanah saja dan tanaman hias biasa. Tapi kemudian tanamannya mati 1-2 minggu.  Dari situ saya banyak nanya ke orang petani. Ternyata harus ada media kerikil supaya ada rongga di sela-sela tanamanya,"kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Dari situ, Faldi kemudian menemukan komposisi yang pas untuk membuat kerajinan tanamannya tersebut yakni dengan campuran tanah, serabut kelapa (kokopeat) dan kerikil. Dari situ kemudian dibentuk berbentuk bulat. Inspirasi untuk menambahkan aksesoris tangan, kaki dan mata didapatmya dari sebuah aksesoris yang dia beli saat berkunjung ke NTT. Hingga akhirnya berbentuk boneka lumut yang sempurna seperti sekarang.

Dia kemudian sering memposting gambar-gambar boneka lumut di Instagram @ plantercraftbdg. Karena bentuknya cukup unik dan lucu, banyak dari pengikut di Instagram menyukainya. Sejak saat itu Faldi pun mulai kebanjiran pesanan. Selain digunakan untuk hiasan karyanya juga ternyata dapat dijadikan aksesoris dekorasi hingga souvenir untuk pernikahan.

Untuk satu unit kerajinan boneka lumut tersebut dia jual dengan harga Rp 50 -75 ribu tergantung dari bentuknya. Dengan tangan kreatifnya dia mampu meraup omzet Rp 20- 30 juta per bulan. Pesanan datang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, , Medan, Pelembang, Makassar hingga ke NTT.

Tak hanya itu, Faldi juga sering diundang untuk mengikuti acara bazar tanaman hias yang biasa digelar di Bandung dan Jakarta bersama komunitas. Selain itu juga dia kerap diundang menjadi pembicara di berbagai kesempatan termasuk di acara kampus.

Berkat usaha kreatifnya itu, bisnis kini banyak melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani lumut hingga pedagang tanaman dan pot hias.

"Jadi sekarang banyak menjalin kerjasama, melibatkan banyak pihak. Untuk lumutnya Saya beli dari petani lumut di Lembang. Saya biasanya beli sekarung besar. Lumut yang asalnya dipandang sebelah mata, jika diolah secara kreatif bisa jadi bernilai ekonomi," pungkasnya.

Kredit

Bagikan