Anak muda ini kembangkan aplikasi bantu masyarakat berekonomi rendah
Bandung.merdeka.com - Selama ini masyarakat menengah ke bawah masih jarang mengakses sistem keuangan perbankan. Keterbatasan ekonomi ditambah kurangnya pemahaman terhadap pengetahuan transaksi digital menjadi salah satu penyebabnya. Sistem perbankan berbasis digital saat ini hanya dinikmati oleh sebagian orang saja di Indonesia.
Hal itulah yang kemudian membuat Lupantui Wiguna, 28 tahun, mengembangkan aplikasi pembayaran digital (digital payment) untuk kalangan menengah ke bawah. Dengan aplikasi ini masyarakat kalangan menengah ke bawah dapat melakukan kegiatan transaksi secara digital (cashless).
“Masyarakat middle low tidak mempunyai akses untuk dapat melakukan kegiatan keuangan di bank-bank besar. Apalagi menabung dengan jumlah uang yang sedikit, misalkan seribu," kata pria yang akrab disapa Ovan ini kepada Merdeka Bandung.
Sistemnya mulai diaplikasikan dalam penerapan transaksi keuangan di bank sampah yang ada di Bandung. Pengelolaan keuangannya mengadopsi sistem lembaga keuangan profesional seperti di bank-bank konvensional pada umumnya.
Pencatatan pengelolaan akan dilakukan melalui sistem online yang terintegrasi dengan sistem pembayaran. Pencatatan keuangan seperti pengecekan saldo, transaksi antar sesama nasabah dapat dilakukan melalui aplikasi. Ovan bersama timnya di Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sudah mengembangkan dua buah aplikasi yakni BSI (aplikasi Bank Sampah Indonesia) untuk pengelolaan manajemen Bank Sampah dan aplikasi bernama Vip Mobile untuk nasabahnya.
“Dengan aplikasi berbasis website dan android operasional di bank sampah menjadi lebih mudah. Petugas Bank Sampah dapat mencatat setiap barang, kemudian otomatis akan dikonversi menjadi saldo. Saldo tersebut nantinya dapat digunakan untuk membeli pulsa listrik atau handphone dan membayar tagihan Listrik secara langsung melalui sms atau aplikasi android,” ujar pria kelahiran Sumedang 23 April 1987.
Menurut Ovan, aplikasi ini tak hanya dapat digunakan oleh bank sampah saja. Tetapi juga dapat digunakan oleh pedagang, tukang ojeg, tukang sayur dan supir angkot. Mereka dapat melakukan pembayaran digital atau cashless.
Nantinya setelah digunakannya aplikasi ini, ibu-ibu nasabah bank sampah yang sudah mempunyai saldo dapat membeli beras di warung dengan cara transaksi digital tanpa perlu mengeluarkan uang cash. Bisa juga digunakan ketika anak sekolah naik angkot hanya perlu membuka handphone untuk melakukan transaksi dan supir pun akan menerima notifikasi sebagai tanda bukti pembayaran. Tapi untuk menikmati fasilitas ini, mereka harus terdaftar sebagai anggota BMT dan koperasi atau nasabah bank sampah.
Saat ini pihaknya tengah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Dia memahami jika teknologi masih tampak asing bagi masyarakat ekonomi ke bawah. Tapi Lupantui justru menganggap itu merupakan tantangan yang positif.
"Jadi pedagang cilok atau warteg nanti bisa memposting produk unggulannya di website atau medsos. Kemudian mencantumkan nomor handphonenya sebagai rekening. Pemesanan dapat dilakukan melalui sms, pembayaran dapat dilakukan dengan digital kemudian dilakukan pengiriman,” ujar lulusan Diploma Farmasi Unpad ini