Tingkatkan pertanian dalam negeri, Bank Indonesia beri bantuan mesin
Bandung.merdeka.com - Sebagai negara agraris Indonesia berpeluang besar untuk bisa swasembadakomoditas pertanian termasuk sayuran. Namun kenyataannya masih banyak produk sayuran impor yang masuk ke Indonesia dan bersaing dengan produk sayuran lokal.
Image bahwa produk impor lebih berkualitas dan lebih aman masih melekat di masyarakat, yang akhirnya mendorong mereka untuk mengonsumsi produk sayuran impor.
Bukan hanya petani-petani lokal yang terancam penghidupannya, namun juga perekonomian negara karena tingginya tingkat impor dibandingkan dengan ekspor kita yang akhirnya membebani cadangan devisa.
Beberapa kendala yang membuat produk lokal masih kalah bersaing dengan produk impor adalah masalah harga jual, kemasan (packaging) serta akses pasar yang masih terbatas.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, secara konsisten sejak tahun 2007 mulai mengembangkan program pengendalian inflasi. Melalui pembentukan klaster binaan yang difokuskan pada komoditas pangan. Khususnya tanaman pangan penyumbang inflasi volatile food, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, beras dan lain-lain.
Melalui pembentukan klaster ini Bank Indonesia berharap mampu membantu para petani agar memproduksi lebih maksimal serta peningkatan akses pasar. Dengan meningkatnya kedua hal tersebut, diharapkan ketergantungan kita terhadap sayuran impor akan semakin berkurang dan bahkan Jawa Barat bisa swasembada sayuran.
Untuk mendukung tujuan tersebut serta meningkatkan kapasitas produksi hasil pertanian, Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). Menyerahkan bantuan berupa mesin peeling dan rain shelter yang dapat digunakan untuk memaksimalkan kegiatan produksi dan operasional dari kelompok tani KATATA, yang merupakan kelompok tani sayuran binaan Bank Indonesia Jawa Barat.
"Pemberian ketiga unit sarana produksi pertanian ini juga merupakan bentuk keseriusan Bank Indonesia dalam mengembangkan sektor riil di Jawa Barat, khususnya untuk komoditas sayuran di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung," ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Soekowardojo dari rilis yang diterima Merdeka Bandung, Kamis (12/5).
Â
Kelompok tani KATATA telah menjadi penerima manfaat program klaster Bank Indonesia sejak tahun 2014, keunggulan kelompok ini adalah telah menerapkan teknologi tinggi seperti pengairan dengan menggunakan teknologi hydra serta penggagas rain shelter.
"Bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran telah melakukan pengembangan budidaya dan menghasilkan beberapa varitas yang sebelumnya merupakan komoditas impor seperti tomat beef, tomat cherry dan buncis kenya. Saat ini Kelompok KATATA sedang mengembangkan wortel varitas baby dan reguler," jelasnya.
Kedepan pengembangan wortel reguler diharapkan dapat menjadi subtitusi wortel sejenis yang selama ini masih diimpor dari China. Kegigihan dan kerja keras kelompok tani membuahkan hasil dengan diraihknya juara pertama sub sektor hortikultura. Dalam kegiatan Apresiasi Kinerja Program Pengendalian Inflasi Bank Indonesia diikuti oleh beberapa klaster binaan Bank Indonesia dan binaan Pemda dari seluruh Indonesia.
Keberhasilan pengendalian inflasi tentu tidak terlepas dari peran besar pemerintah daerah dan akademisi secara bersama-sama dengan Bank Indonesia terus berupaya untuk memaksimalkan pengembangan klaster sayuran.