Manfaatkan kargo pesawat bisa putus permainan harga produk pertanian

user
Endang Saputra 03 Oktober 2018, 17:25 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, menyarankan produk-produk pertanian yang seringkali harganya meningkat dan menurun drastis, bisa mulai diantisipasi dengan transportasi pesawat kargo. Beberapa maskapai di Bandara Banyuwangi yang menyediakan kargo seperti Nam Air dan Citilink direct flight Jakarta-Banyuwangi, bisa dimanfaatkan petani untuk memutus permainan harga tengkulak.

Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan, secara bertahap petani perlu memanfaatkan fasilitas penerbangan kargo di Banyuwangi yang bisa memutus durasi distribusi darat ke pasar Jakarta. Dia mencontohkan, bila perjalanan darat membutuhkan waktu hingga 18 jam, sementara perjalanan dengan kargo pesawat bisa efektif cukup 1,5 jam.

"Maskapai bisa memutus rantai waktu 17-18 jam. Ini peluang, lebih cepat dan efisien, tidak perlu jadi raja jalanan lagi. Ada 2,5 ton untuk Nam Air, biaya per kilogram Rp 4000. Citilink juga sampai 3 ton, per kilogram biaya Rp 3000. Harapanya bisa rendah lagi," kata Arief.

Dia mencontohkan, dalam sebulan terakhir, produk cabai besar di kalangan petani sempat mengalami penurunan harga hingga Rp 3.000 hingga Rp 10.000. Sementara saat ini rata-rata harga cabai besar di Jawa Timur sudah berada di kisaran Rp 20.000. Menurutnya harga cabai seringkali turun dan naik drastis hingga pernah di angka ratusan ribu tanpa diketahui penyebabnya.

"Pasar cabe besar tidak bisa diprediksi, mekanisme pasarnya banyak. Adanya Satgas pangan karena harga pernah sampai ratusan ribu. Masalah tanam sudah selesai, musim kering sudah bisa tanam, tapi hanya masalah harga saja. Rantai pemasaran cabai yang tidak bisa ditemukan benang merahnya. Di sini Rp 3.000 di Jakarta Rp 15 ribu. Kalau harga Rp 200 ribu, di Jakarta juga sama. Anehnya di situ. Mengapa harga murah, harga tinggi. Sementara pasokan dan luas tanam sama," kata Arief.

Dalam hal pertanian, pihaknya hanya bisa memberikan intervensi dalam urusan bantuan benih, pupuk dan mekanisasi pertanian untuk memacu produktivitas. Namun untuk turunnya harga agar petani tidak rugi, perlu ada inovasi untuk memutus permainan harga, salah satunya memanfaatkan moda transportasi pesawat kargo.

"Kita terlibat beirkan benih, alsintan, air, pompa air, itu pun tidak mendongkrak. Luasan cabe sudah beratmbah, dulu hanya Wongsorejo, sekarang sudah banyak di Genteng, Muncar, Glenmore, tapi tidak memberikan dampak luar biasa terkait harga," katanya.

Kredit

Bagikan