Manfaatkan kargo pesawat bisa putus permainan harga produk pertanian

produk pertanian
Bandung.merdeka.com - Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, menyarankan produk-produk pertanian yang seringkali harganya meningkat dan menurun drastis, bisa mulai diantisipasi dengan transportasi pesawat kargo. Beberapa maskapai di Bandara Banyuwangi yang menyediakan kargo seperti Nam Air dan Citilink direct flight Jakarta-Banyuwangi, bisa dimanfaatkan petani untuk memutus permainan harga tengkulak.
Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan, secara bertahap petani perlu memanfaatkan fasilitas penerbangan kargo di Banyuwangi yang bisa memutus durasi distribusi darat ke pasar Jakarta. Dia mencontohkan, bila perjalanan darat membutuhkan waktu hingga 18 jam, sementara perjalanan dengan kargo pesawat bisa efektif cukup 1,5 jam.
"Maskapai bisa memutus rantai waktu 17-18 jam. Ini peluang, lebih cepat dan efisien, tidak perlu jadi raja jalanan lagi. Ada 2,5 ton untuk Nam Air, biaya per kilogram Rp 4000. Citilink juga sampai 3 ton, per kilogram biaya Rp 3000. Harapanya bisa rendah lagi," kata Arief.
Dia mencontohkan, dalam sebulan terakhir, produk cabai besar di kalangan petani sempat mengalami penurunan harga hingga Rp 3.000 hingga Rp 10.000. Sementara saat ini rata-rata harga cabai besar di Jawa Timur sudah berada di kisaran Rp 20.000. Menurutnya harga cabai seringkali turun dan naik drastis hingga pernah di angka ratusan ribu tanpa diketahui penyebabnya.
"Pasar cabe besar tidak bisa diprediksi, mekanisme pasarnya banyak. Adanya Satgas pangan karena harga pernah sampai ratusan ribu. Masalah tanam sudah selesai, musim kering sudah bisa tanam, tapi hanya masalah harga saja. Rantai pemasaran cabai yang tidak bisa ditemukan benang merahnya. Di sini Rp 3.000 di Jakarta Rp 15 ribu. Kalau harga Rp 200 ribu, di Jakarta juga sama. Anehnya di situ. Mengapa harga murah, harga tinggi. Sementara pasokan dan luas tanam sama," kata Arief.
Dalam hal pertanian, pihaknya hanya bisa memberikan intervensi dalam urusan bantuan benih, pupuk dan mekanisasi pertanian untuk memacu produktivitas. Namun untuk turunnya harga agar petani tidak rugi, perlu ada inovasi untuk memutus permainan harga, salah satunya memanfaatkan moda transportasi pesawat kargo.
"Kita terlibat beirkan benih, alsintan, air, pompa air, itu pun tidak mendongkrak. Luasan cabe sudah beratmbah, dulu hanya Wongsorejo, sekarang sudah banyak di Genteng, Muncar, Glenmore, tapi tidak memberikan dampak luar biasa terkait harga," katanya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak