Jam dinding Hardrock Café, oleh-oleh Bandung yang digemari para turis

user
Farah Fuadona 05 Januari 2016, 13:28 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Jam dinding Hardrock Café menjadi oleh-oleh khas Bandung yang digemari para turis. Para penjual oleh-oleh ini biasa ditemui di Pasar Baru, factory outlet Jalan Riau (Martadinata) dan Dago (Ir H Djuanda).

Tiga tempat tersebut menjadi destinasi wisata belanja yang banyak dikunjungi turis, baik lokal maupun mancanegara. Turis luar negeri yang sering mengunjungi tiga lokasi tersebut di antaranya Malaysia, Singapura dan Thailand.

Jam dinding Hardrock Café menjadi oleh-oleh yang sering mereka beli. Jam ini berukuran sekitar 50 x 30 centimeter yang terbuat dari bingkai kayu yang dilapisi pasir pantai Pangandaran.


Di balik kaca bingkai tersebut, terdapat miniature drum dan dua buah gitar elektrik. Bingkai ini juga berfungsi sebagai jam dinding.

Jam dinding tersebut biasa dijual secara asongan. Para pedagang asongan mengambilnya dari Saung Dadeh Bandar Seni, Jalan Kiaracondong, Bandung. Saung Dadeh merupakan toko gamelan dan aksesoris yang dikelola Riki Supriyadi (32).

“Kalau ke turis, pedagang asongan biasa menjual bingkai Hard Rock Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu,” kata Riki, kepada Merdeka Bandung, Selasa (5/12).

Sedangkan bingkai atau jam dinding Hard Rock di saung Riki harganya jauh lebih murah, yakni Rp 100 ribu. Riki mempekerjakan 15 orang pedagang asongan. Mereka dibayar dengan sistem komisi. Dalam sehari, jika ramai bisa menjual sampai 30 bingkai. Tapi jika sepi hanya 10 sampai 15 bingkai.

“Bingkai tersebut saya rakit di sini, bahan-bakunya asli dari Pangandaran, juga pasirnya pasir pantai,” jelas ayah dua anak ini.

Menurutnya pemesanan jam dinding meningkat terutama pada saat musim liburan. “Libur tahun kemarin saya sampai kehabisan stok,” kata dia.

Kredit

Bagikan