Jalan-jalan ke kampung rajutan di Bandung

user
Mohammad Taufik 07 Desember 2015, 15:06 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sentra Rajut Binong Jati Bandung sentral fesyen rajutan, melainkan juga sebagai kampung yang membuka lapangan pekerjaan. Banyak warga Bandung maupun luar Bandung yang menekuni usaha rajutan berawal di Binong Jati.

Kampung rajut Binong Jati berada di tengah kota Bandung, pintu masuknya melalui Jalan Gatot Subroto di samping pasar tradisional. Di sepanjang Jalan Bingong Jati, dapat mudah ditemui aktivitas rajut, baik dalam bentuk toko pakaian rajut maupun pembuatan rajutan.

Semua model pakaian berbahan rajutan diproduksi Sentra Rajut Binong Jati. Perkembangan desainnya dinamis baik model pakaian rajut untuk wanita maupun pria, mulai sweater, kardigan, oblong, kerah v, kerah bulat, pakaian rajut sablon hingga bordil. Semua itu ditawarkan dengan harga kompetitif.

Pengrajin rajut, Jamjam Hendarsa, 43 tahun, menuturkan tradisi rajut di Binong Jati sudah berlangsung sejak lama dan dilakukan secara turun temurun. Ia memperkirakan, merajut di Binong Jati sudah dimulai sejak tahun 1950-an.

Pertamanya hanya sedikit yang merajut, hanya beberapa orang kemudian berkembang jadi puluhan. Keahlian lalu menyebar ke penduduk sekitar, tutur Jamjam kepada Merdeka Bandung, Kamis (15/10).

Ketua I Sentra Rajut Binong Jati ini mengaku dirinya generasi kedua. Para pelaku usaha rajut yang ada kini sudah memasuki generasi keempat. Tradisi merajut kita menjalankan turunkan ke generasi muda, ujarnya.

Sentra Rajut Binong Jati makin mengukuhkan julukan Bandung sebagai kota fesyen. Pemerintah Kota Bandung menetapkan Binong Jati sebagai tujuan wisata sejak 2007. Pakaian rajut dan aksesoris buatan Binong Jati mengisi pangsa pasar seluruh Indonesia.

Sejumlah wisatawan dari Malaysia banyak yang datang ke sentra rajut. Selain belanja, mereka melihat proses pembuatan pakaian rajut.

Jamjam berharap, di Binong Jati bisa segera dibangun sekolah khusus merajut sehingga tradisi rajutan Binong Jati makin maju dan lestari. Menurutnya, dewasa ini generasi muda cenderung kehilangan minat merajut.

Regenerasi merajut akan berjalan baik jika ada sekolah khusus merajut. Dari sekolah juga akan tumbuh wirausaha-wirausaha rajut yang maju, katanya.

Menurutnya, perlu ada nilai tambah dari tradisi merajut, misalnya meningkatkan kunjungan wisata ke Sentra Rajut Binong Jati. Dengan adanya sekolah merajut, wisatawan bisa sekalian belajar merajut.

Saat ini Sentra Rajut Binong Jati memiliki sekitar 400 industri rajut rumahan yang menyerap tenaga kerja hingga sekitar 3.000 orang. Dalam sehari, sentra rajut ini bisa memproduksi 1.500 lusin pakaian atau sekitar 750 juta.

Kredit

Bagikan