Ini pusat fesyen distro paling murah di Bandung
Bandung.merdeka.com - Bandung dikenal sebagai pusat pakaian Distribution Outlet alias distro. Pakaian-pakaian yang dibuat terbatas ini rata-rata menyasar pangsa pasar kawula muda. Nah, di Bandung ada pusat distro yang dikenal sebagai pusat belanjanya anak gaul Bandung. Harganya disebut-sebut paling murah se-Bandung.
Pusat distro tersebut berada di mal 6 lantai Plaza Parahyangan. Mal ini berdiri di antara Jalan Dalem Kaum dan Dewi Sartika, posisinya persis di samping Masjid Agung Bandung. Tiap tenant mal ini menyajikan berbagai produk clothing yang mulai booming era 90-an. Produk yang dijajakan mulai dari jaket, sweater, kaos, kemeja, celana berbagai model, tas, topi, sepatu dan sandal.
"Kalau masalah gaul di sini pusatnya. Pusat distro paling murah Parahangan mah dari dulu juga," kata salah seorang karyawan distro di Plaza Parahyangan, Agus Jajang, 32 tahun, Selasa (10/11).
Menurutnya, distro-distro di Plaza Parahyangan menerima pemesanan barang secara grosir dan eceran. Untuk pemesanan grosir tentu harganya jauh lebih murah dari eceran. Harga kaos lengan pendek yang ditawarkan secara eceran Rp 110.000 dengan harga grosir jatuhnya menjadi Rp 55.000.
Sedangkan harga eceran untuk kaos lengan panjang Rp 125.000, kaos jenis lakos (berkerah) Rp 125.000, berbagai macam jaket Rp 225.000, berbagai jenis celana Rp 290.000.
"Di sini harga tersebut masih bisa ditawar, bisa sampai di bawah banderol," katanya.
Namun soal tawar-menawar ini tergantung pembeli dan pelayan. Jika pembelinya pandai nawar dan pelayannya kalah daya tawar, harga yang didapat bisa jauh di bawah banderol.
Belanja grosiran di Plaza Parahyangan masih bisa menerima partai kecil dengan hitungan lusin. Kalau di tempat lain, kata dia, misalnya di Tanah Abang belanja grosir dihitung dalam satuan kodi, itu pun untuk satu model pakaian saja.
"Di kita dalam satu lusin bisa dilayani yang isinya bisa beda-beda model," katanya.
Pembeli grosiran di Plaza Parahyangan kebanyakan dari luar Bandung seperti Kalimantan dan Sulawesi. Ada juga dari Malaysia. Mereka membeli untuk dipasarkan kembali di daerahnya.