Peneliti cilik khawatir dampak sinetron bagi anak-anak desa terpencil
Bandung.merdeka.com - Salah satu penelitian Komunitas Petualang Belajar (KPB) Semi Pilar Bandung adalah tentang dampak sinetron pada kehidupan anak-anak kampung. Sinetron Indonesia dinilai akan berdampak buruk pada perkembangan prilaku anak anak-anak.
Penelitian ini dilakukan siswa-siswi setingkat kelas satu SMA yang sekolah di Semi Pilar sebuah sekolah berbasis homeschooling di Bandung. Mereka adalah Lian Kyla Kizhaya Sulwen, Christopher Gio Sarsono, Natasha Jeanic, Angelita Zipora, Sebastian Rico Setioso, Asyafa Mutia, Viola Kinanti Putri Pranono.
Tujuh siswi ini meneliti kehidupan sosial Kampung Cigumentong, sebuah kampung yang berada di Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK). TBMK sendiri berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Salah satu yang diteliti anak-anak yang masih berusia 16 tahun itu dampak televisi, khususnya sinetron terhadap anak-anak penghuni kampung.
Salah satu siswa, Christopher Gio Sarsono, menuturkan sebelum ada listrik di kampung tersebut terdapat 50 rumah. Jumlah penduduk kemudian menyusut menjadi 17 rumah.
"Saat listrik masuk kampung kembali ramai ada beberapa warga yang ingin kembali," kata pria yang akrab disapa Gio, dalam presentasi penelitiannya di Semi Pilar, Bandung, (13/6).
Dalam perkembangan berikutnya, kampung tersebut banyak didatangi pendatang dari Lembang, Sumedang dan Garut. Kedatangan para pendatang mengubah sistem pencaharian kampung dari bertani padi menjadi bertani sayuran.
Kebutuhan listrik warga awalnya bersumber dari picohidro. Kebutuhan hiburan didapatkan lewat televisi yang ditonton bareng-bareng. Televisi tersebut dipasang di aula kampung.
Peneliti lainnya, Lian Kyla Kizhaya Sulwen, menambahkan kini kebutuhan listrik warga didapat dari konservasi hutan. "Sekarang warga dapat listrik merata meski tidak stabil sering mati karena adanya perubahan tegangan," tutur Lian.
Adanya televisi membuat warga kampung mendapatkan informasi dari dunia luar. Menurut Lian, televisi justru menimbulkan dampak negatif dan positif. "Warga mendapat informasi yang sedang terjadi di luar sana, info tentang kota, politik, ekonomi. Warga jadi tidak ketinggalan info," katanya.
Negatifnya, kata dia, ada tayangan-tayangan yang tidak pantas ditonton oleh anak-anak kampung. Tontonan tersebut memengaruhi sikap dan prilaku mereka. "Anak-anak menonton sinetron yang tidak pantas ditonton, misalnya terdapat kata-kata kasar atau tidak sopan," katanya.
Menurutnya, warga kampung harus lebih sadar akan pengaruh informasi yang didapat dari dunia luar, khususnya dari televisi. "Harus lebih sadar pada paparan teknologi informasi baru karena info dari luar berpengaruh bagi anak dan masyarakat," katanya.
Lian sendiri berencana membuat video khusus untuk ditonton anak-anak. Sementara potensi Kampung Cigumentong ada di bidang wisata alam. Di sana terdapat rumah-rumah panggung dan kekayaan hayati. Riset dilakukan terkait kurikulum sekolah Semi Pilar. Riset ini bekerjasama dengan lembaga penelitian Akatiga dan kelompok pecinta alam Wanadri.