Komunitas Rumah Bintang buka kelas profesi gratis untuk anak-anak

user
Farah Fuadona 14 April 2016, 11:03 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Para pegiat Rumah Bintang membekali anak didiknya lewat kelas profesi. Anak-anak usia TK hingga SMP bebas memilih kelas profesi yang mereka minati tanpa dipungut biaya.

Para pengajar kelas profesi kebanyakan mahasiswa yang menjadi relawan, ada juga dari kalangan profesional. Mereka mengajar di sekretariat komunitas rumah belajar di Jalan Nangkasuni, Bandung.

Kelas profesi merupakan kelas tambahan yang diberikan pegiat Rumah Bintang selain mengajari anak-anak dengan logika dan etika. Kelas profesi terdiri dari beberapa kelas antara lain kelas komputer, kelas 3-D, kelas lukis atau gambar, keterampilan, musik perkusi.

“Anak-anak bisa memilih kelas profesi sesuai minat mereka. Tidak ada syarat, yang penting anaknya mau,” kata penanggung jawab kelas profesi Rumah Bintang, Eko Wiryawan, kepada Merdeka Bandung.

Suatu waktu, anak-anak peserta kelas-kelas mendapat kesempatan untuk memamerkan karyanya di pameran. Seperti pada pameran “12 Tahun Wujudkan Mimpi Bersama" di Institut Francais d Indonesia (IFI) Bandung baru-baru ini.

Khusus kelas profesi musik perkusi, saat ini sudah menghasilkan dua angkatan. Masing-masing angkatan terdiri dari tujuh orang anak. Dalam suatu kesempatan, mereka diberi kesempatan pentas di suatu event.

“Mereka juga kadang mendapatkan job-job yang bisa menyalurkan keterampilan musik mereka,” kata Eko.

Komunitas belajar Rumah Bintang sudah 12 tahun memfasilitassi pendidikan anak-anak. Rumah belajar yang digagas Niki Suryaman ini berencana membangun ruang-ruang belajar lain selain kawasan Nangkasuni, Bandung.

Sejauh ini, Rumah Bintang sudah membuka beberapa ruang belajar antara lain rumah belajar Gambung, Ciwidey, Kabupaten Bandung. “Ruang belajar yang kita buka disesuaiikan dengan lingkungan sosial sekitar, tidak harus sama dengan Rumah Bintang,” jalas Eko.

Ruang belajar terbaru yang dibuka Rumah Bintang adalah di Moro-moro, Lampung. Di sana para pegiat Rumah Bintang tergerak memfasilitasi anak-anak sekolah dasar yang menjadi korban konflik tanah.

Untuk anak-anak SD moro-moro, Rumah Bintang juga menyumbangkan sebuah mobil sebagai sarana angkutan sekolah. “Jarak rumah anak-anak di Moro-moro 20 kilometer ke sekolah. Setelah penggalangan dana, kita berhasil mengumpulkan uang untuk membeli angkutan,” tuturnya.

Kredit

Bagikan