Tiga kabupaten di Jabar dapat dukungan layanan pengobatan HIV/AIDS

user
Mohammad Taufik 05 September 2016, 10:55 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Tiga layanan kesehatan kabupaten di Jawa Barat (Jabar) akan mendapat bantuan penguatan layanan pengobatan antiretroviral (ARV) bagi orang dengan HIV/AIDS (Odha). Tiga layanan kesehatan tersebut yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Indramayu, RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, dan sebuah layanan kesehatan di Kabupaten Pangandaran.

Bantuan tersebut akan diberikan organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS, yakni AIDS Healthcare Foundation (AHF). Selain tiga kabupaten di Jabar, sebuah rumah sakit di Jakarta juga menjadi mitra AHF.

Manajer Program AHF Indonesia, Riki Febrian, mengatakan AHF sudah mendapatkan persetujuan prinsip dan operasional dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan RI. Setelah itu pihaknya sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Kesehatan RI.

Menurut dia, dukungan AHF pada tahap pertama akan berlangsung hingga tahun 2019 meliputi sejumlah program prioritas diantaranya peningkatan akses layanan HIV/AIDS seperti tes HIV dan pengobatannya oleh kelompok-kelompok masyarakat.

"Selain itu, AHF Indonesia juga akan memprioritaskan penyediaan layanan HIV/AIDS yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat luas," katanya, melalui siaran pers yang diterima Merdeka Bandung, Minggu (4/9).

Riki Febrian mengungkapkan, AHF Indonesia menyiapkan anggaran sebesar Rp 31,8 miliar untuk tiga tahun pertama. "Dukungan ini diharapkan dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengendalikan epidemi HIV/AIDS yang telah menyebar hingga ke pelosok," kata Riki.

Selain dengan pemerintah dan rumah sakit, AHF Indonesia juga bekerja sama dengan sejumlah kelompok masyarakat. Ada lima LSM menjadi mitra AHF yaitu PKBI DKI Jakarta, Yayasan LAYAK Jakarta, Yayasan Mata Hati Pangandaran, Yayasan RESIK Purwakarta, dan Perkumpulan Setia Indonesia Indramayu.

"Kemitraan dengan para pegiat HIV/AIDS yang tergabung di LSM lokal sangat strategis mengingat kemampuan mereka dalam menjangkau komunitas di sekitarnya. Mereka juga sangat mengetahui isu lokal terkait HIV/AIDS sehingga program lebih tepat sasaran," katanya.

Penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan Kamis (1/9) lalu dihadiri oleh dr Wiendra Waworuntu, M. Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, dan perwakilan AHF, Yugang Bao PhD selaku AHF Asia Bureau Deputy Chief, serta Margareta Marro, Director of Global Accounting AHF.

Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan RI melaporkan HIV/AIDS telah tersebar di 407 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Secara kumulatif sejak 1987 hingga Maret 2016 terdapat 198.219 kasus HIV dan 78.292 kasus AIDS di Indonesia. Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual hingga mencapai 66 persen. Persentase kasus AIDS tertinggi (31,5 persen) dilaporkan terjadi pada kelompok usia 20 - 29 tahun.

Data Kemenkes RI juga menyebutkan, sejak pertama kali dilaporkan tahun 1987 hingga Maret 2016, jumlah infeksi HIV tertinggi terjadi di DKI Jakarta (40.500), Jawa Timur (26.052), Jawa Barat (18.727), dan Jawa Tengah (13.547). Sedangkan jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Jawa Timur (14.499), Papua (13.335), DKI Jakarta (8.105), Bali (5.934), Jawa Tengah (5.049), dan Jawa Barat (4.919).

Kredit

Bagikan