Dokter khawatir kondisi Arya makin kritis jika dirawat di rumah
Bandung.merdeka.com - Kembalinya Arya Permana ke rumahnya di Karawang, Jawa Barat, di sisi lain menimbulkan kekhawatiran. Sebab dengan tinggal di rumah, berat badan Arya berpotensi meningkat.
"Memang sekarang kritis, pasien AP kembali ke dunianya, tidak terkontrol, beda dengan di sini (saat dirawat di RSHS)," kata Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr. Nucki Nursamsyi baru-baru ini.
Saat dirawat di RSHS, Arya sedang menjalani program penurunan berat badan. Berat badannya sempat turun dari 189 kilogram menjadi 187 kilogram.
Dengan tinggal di rumah, program diet tersebut akan sulit dikontrol. Selain itu, Arya juga mulai sekolah. Akan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi Arya selama sekolah.
“Kita juga harus memikirkan bagaimana mengatasi asupan makanan di rumah dan di sekolah. Mungkin juga perlu koordinasi dengan guru-gurunya,”katanya.
Kendati demikian, selama enam hari dirawat di RSHS, baik Arya maupun orangtuanya sudah mendapatkan edukasi tentang program diet.
Jika program tersebut konsisten dijalankan Arya di rumahnya, sambung Nucki, maka berat badan Arya akan terkontrol. “Peran keluarga khususnya orangtua sangat menentukan,” ujarnya.
Sementara Ketua Tim Dokter Perawatan Arya Permana, dr Julistio T B Djais, menambahkan hasil pemeriksaan terhadap kesehatan Arya sejauh ini cukup menggebirakan. Pemeriksaan dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi akibat obesitas, seperti gula darah, kolesterol, jantung, paru dan lainnya.
“Komplikasi ke jantung, paru dan gula darahnya tampaknya masih dalam batas tidak masalah. Jadi aman meski tidak lagi dalam perawatan rumah sakit,” katanya.
Mengenai pemeriksaan penyebab, Julistio mengatakan sejauh ini pihaknya masih menunggu hasil labolatorium. Status Arya adalah morbid obesity. Penyakit ini diduga karena terkait masalah genetik atau hormon.
“Jadi meski kini Arya sudah di rumah, pemeriksaan penyebab tetap dilakukan, masih berjalan,” katanya.