Mau pelajari bencana, datang saja ke Pekan Ilmiah di ITB

user
Mohammad Taufik 19 Mei 2016, 19:23 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Semua potensi bencana ada di negeri ini, mulai gempa bumi, tsunami, gunung berapi, tanah longsor, banjir dan lainnya. Untuk itu, setiap warga negara Indonesia wajib mengetahui pengurangan resiko bencana (PRB).

Bagi yang ingin mengikuti pendidikan resiko bencana, Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) kembali menggelar Pekan Ilmiah Tahunan. Kali ini pekan ilmiah yang akan dihadiri para parkar bencana seluruh Indonesia itu digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin dan Selasa (23-24/5).

Ketua Panitia Pekan Ilmiah Tahunan ke-3 Harkunti Rahayu mengatakan, pekan ilmiah kali ini mengusung tema dalam bahasa Sunda: Hayu Sasarengan Diajar PRB di Bandung (ayo belajar bersama PRB di Bandung).

"Akan ada pakar bencana dari seluruh Indonesia. Jadi tema Hayu Sasarengan Diajar PRB di Bandung sudah pas, yang tujuannya bagaimana meningkatkan gerakan pengurangan resiko bencana," kata Harkunti Rahayu, dalam jumpa pers di Rektorat ITB, Bandung, Kamis (19/5).

Pekan Ilmiah tahun ini mengundang puluhan pakar dari IABI yang merupakan asosiasi para profesional bidang kebencanaan, lalu pakar dari berbagai kampus di Indonesia, tokoh masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Indonesia.

Selama dua hari, mereka berkumpul dan berdiskusi untuk memadukan langkah membentuk paradigma baru dalam pengurangan resiko bencana.

Hari pertama pekan ilmiah akan dibuka Rektor ITB Kadarsyah Suryadi, dilanjutkan pembicara kunci Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), serta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Selain itu ada lomba membuat poster dan pameran kebencanaan.

Sedangkan hari ke dua lebih banyak diisi diskusi kebencanaan, kemudian ditutup dengan field trip peserta ke Patahan Lembang dan belajar pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung.

Harkunti menambahkan, pekan ilmiah tersebut sebagai bentuk kolaborasi antara peneliti, akademisi, pemerintah dan masyarakat. Selama ini hasil penelitian tentang kebencanaan cenderung tersimpan di tangan-tangan peneliti atau akademisi.

Diharapkan lewat pekan ilmiah tersebut hasil-hasil riset tentang kebencanaan turun ke masyarakat. "Kita tak mungkin terus di menara gading, peneliti dan akademisi berdiri sendiri-sendiri, tapi kita kerja sama. Diharapkan dari sains menjadi praktik, dari penelitian menjadi kebijakan pemerintah," katanya.

Pekan ilmiah ini akan membedah 80 makalah hasil penelitian. Sebelum pembukaan pada hari H, panitia juga akan menyosialisasikan pekan ilmiah di Car Free Day Dago, Bandung, Minggu (22/5).

Kredit

Bagikan