Mahasiswa di Bandung minta kinerja Densus 88 diawasi
Bandung.merdeka.com - Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan (GMP) Kota Bandung meminta kinerja Densus 88 dievaluasi. Selama ini pasukan elite tersebut dinilai kerap melakukan tindakan seenaknya saat menghadapi orang yang statusnya baru terduga teroris.
GMP melakukan aksi di sebrang Polrestabes Bandung, Jalan Merdeka, Jumat (18/3) siang. Sekitar 30-an mahasiswa mengusung beberapa spanduk dan poster meminta agar kinerja Densus 88 dievaluasi.
"Densus itu harus diawasi, tapi ada Satgas khusus sehingga kinerjanya bisa diawasi. Sekarang enggak pernah ada laporan kan, kadang yang benar terorisme, atau yang masih terduga tapi sudah ditindak," kata Fahrizal Akbar koordinator aksi dari GMP Kota Bandung disela aksinya.
Baru-baru ini menurutnya Densus 88 melakukan tindakan yang dinilai bersikap tidak baik saat melakukan penggeledahan di Klaten Jateng, pada Sabtu (12/3) lalu. Tim Densus melakukan penggeledahan di Taman Kanak-kanak, yang justru menyebabkan menimbulkan ketakutan.
Itu jelas bertentangan dengan prinsip perlindungan anak. Lainnya soal rentetan dengan tameng 'menjaga keamanan negara' kata dia, Densus 88 ibarat boleh membunuh siapapun. Sebut saja Siyono yang meninggal dunia ketika dibawa Densus 88 di Klaten.
"Rentetan itulah yang menyebabkan adanya prosedur pelecehan. Kalau masih seperti ini, bubarkan Densus karena kerap kali melanggar HAM," ungkapnya.
Sejak dibentuk 2004 lalu lanjut dia yang mengutip data Directure CIIA Harits Abu Ulya, sudah lebih dari 115 orang mati karena di luar prosedur saat penanganan. Mereka ditembak mati aparat dan Satgas Penindakan BNPT dengan alasan utama terduga teroris dan melawan saat penindakan.
"Ini membuktikan kezaliman dan ketidakprofesionalan dan diskriminatif," tandasnya.
Dalam aksi damai tersebut, sejumlah kepolisian melakukan pengawalan. Beberapa dari mereka yang turun ke jalan melakukan orasi secara bergantian. Aksi berlangsung tertib, meski menghambat laju kendaraan yang melintas.