Istri Ridwan Kamil ajak masyarakat kenalkan Islam tidak radikal

user
Farah Fuadona 21 Februari 2016, 14:31 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Istri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Atalia Praratya, menjadi salah satu narasumber dalam Pengajian Akbar Februari yang digelar Hijabers Community Bandung (HCB) di Grand Hotel Universal, Bandung, Minggu (21/2).

Dalam kesempatan itu, Atalia sebagai Ketua PKK Kota Bandung mengajak ratusan hijabers yang memadati Grand Hotel Universal untuk mengenalkan Islam yang teduh, damai dan tidak radikal. Islam model ini sebenarnya identik dengan Islam Indonesia.

Hal itu diungkapkan Atalia dalam pengajian bertema "Muslimphobia." Ia menuturkan pengalamannya tinggal di Amerika Serikat, pasca serangan 9/11.

Atalia Praratya, di acara Pengajian Akbar Februari yang digelar Hijabers Community Bandung (HCB) di Grand Hotel Universal, Bandung
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana

Waktu itu ia berdiskusi dengan orang Amerika Serikat. Orang tersebut heran begitu mengetahui Atalia muslim. Pakaian yang dikenakan Atalia berbeda dengan pakaian Arab. Orang itu kemudian berharap bahwa Islam yang diperkenalkan ke dunia mestinya Islam Indonesia.

"Islam yang perlu diperkenalkan adalah Islam yang tidak kaku, yang bisa diajak bekerjasama," kata Atalia yang mengenakan hijab warna gelap bercorak pink.

"Kita perempuan Indonesia mempunyai tugas menyiarkan bukan Islam radikal dan tidak fanatik dan tidak bisa diajak kerja sama," tambah dia.

Saat tinggal di AS, lanjut dia, dirinya mengalami sulit shalat, hingga mengenakan kerudung. Namun, kata dia, Islam tidak memberatkan pemeluknya. Salat bisa dilakukan di mana pun dan dalam kondisi apa pun.

Misalnya, salat bisa dilakukan sambil duduk, di taman, bahkan di gudang. Selain itu, salat bisa dijamak atau dikashar.

Ia juga menyoroti kasus bom Sarinah, Jakarta, beberapa waktu lalu yang sedikit banyak telah turut merubah wajah Islam. Sebelumnya juga terjadi rentetan teror bom di Paris, Prancis, hingga Turki.

"Hampir tiap bulan ada pengeboman. Jadi orang beranggapan ini Islam. Saya menduga ada upaya-upaya menjatuhkan Islam dari dalam maupun luar," kata dia.

Padahal, kata dia, sebelum munculnya rentetan teror Bom di Paris, pemerintah Prancis sudah melakukan kebijakan yang baik bagi orang-orang muslim. Kini dengan rentetan teror bom menimbulkan kembali Islamophobia.

Kredit

Bagikan