Pengembangan kreativitas efektif cegah paham teroris


Ilustrasi
Bandung.merdeka.com - Kampus diminta berperan aktif dalam mencegah penyebaran paham-paham ekstrem yang bisa membangkitkan gerakan terorisme. Peran kampus diperlukan mengingat paham-paham ekstrem berpotensi memengaruhi mahasiswa.
Pengamat pertahanan dan keamanan dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi, mengatakan kampus bisa mengambil peranan yang sifatnya preventif atau pencegahan. Misalnya, mengeluarkan kebijakan yang mendorong mahasiswa melakukan kegiatan kreatif yang bernuansa kebangsaan.
"Kampus harus lebih banyak memberikan kegiatan yang sifatnya lebih bernuansa kreativitas-kebangsaan. Untuk beberapa kasus itu lebih efektif dalam mencegah paham radikal," kata pengamat pertahanan dan keamanan dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi, Senin (18/1).
Contohnya di Unpad, kata dosen Fisip Unpad ini, ada program pengembangan potensi mahasiswa lewat beasiswa yang terkait rasa kebangsaan. Menurut dia program-program beasiswa seperti ini harus ditingkatkan.
"Program beasiswa kampus tersebut harus diarahkan ke isu kebangsaan, misalnya membuat kegiatan kreativitas. Secara kasat mata paham terorisme memang tak bisa dicegah, tapi bisa dihalau dengan kegiatan kreatif," ujarnya.
Selain itu, kampus bisa menyelipkan programnya pada UKM-UKM kampus. Misalnya mendorong UKM tersebut melakukan kegiatan dengan tema-tema bela negara. Kegiatan dengan tema tersebut akan bisa menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada mahasiswa.
Pencegahan lainnya, kata dia, mengubah mentoring mahasiswa baru menjadi lebih terbuka yang pengelolaannya dilakukan fakultas. Menurut dia, saat ini beberapa kampus sudah menghapus kegiatan mentoring yang biasanya hanya dilakukan mahasiswa senior kepada mahasiswa juniornya.
Penghapusan tersebut, lanjut dia, sebagai bentuk pencegahan dari berseminya paham-paham ekstrem. Terlebih selama ini kegiatan mentoring dikenal ekslusif. "Mentoring itu dulu dianggap sebagai bahan penyemaian paham radikal. Makanya kemarin-kemarin kan ditiadakan, dikembalikan kebijakannya di masing-masing fakultas," katanya.
Meski kampus berpotensi menjadi tempat penyebaran paham teroris, menurut dia aparat negara tentu tidak perlu masuk kampus. Intervensi aparat ke kampus hanya akan menimbulkan antipati pada negara.
"Biar pihak kampus yang melakukannya, agar kampus lebih proaktif. Jangan dibalik-balik, nanti sentimennya malah geser dari anti-teroris jadi anti-negara," ujarnya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak