Benarkan sering ke taman warga Bandung bahagia?

user
Farah Fuadona 18 Januari 2016, 10:01 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Semua orang tentu ingin hidup bahagia, termasuk warga Kota Bandung. Keinginan warga Bandung hidup bahagia ditandai dengan banyaknya kunjungan ke taman-taman publik.

Kepala Program Studi Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unpad, dr. Teddy Hidayat, mengatakan rekreasi merupakan salah satu unsur yang membentuk indeks kebahagiaan. Hanya saja, kata dia, mengukur indeks kebahagiaan seseorang apalagi masyarakat sebuah kota tidak mudah. Sebab kebahagiaan merupakan sesuatu yang subjektif.

Parameter yang sering dipakai untuk mengukur indeks kebahagiaan selama ini menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) di antaranya data pendidikan, pemenuhan kebutuhan atau kesejahteraan, pekerjaan, perumahan, termasuk sarana rekreasi seperti taman.

“Secara umum kalau pemenuhan kebutuhan itu terpenuhi maka dia akan dinilai lebih bahagia. Apalagi tersedia juga tempat rekreasi seperti taman,” katanya.

Tapi menurut Teddy, komponen-komponen tersebut tidak cukup untuk mengukur indeks kebahagiaan. “Bukan berarti bahwa kalau orang sudah punya jabatan itu lantas dia bahagia. Koruptor juga belum tentu bahagia, dia punya jabatan, uang banyak, belum tentu bahagia,” katanya.

Begitu juga komponen pendidikan. Berdasarkan data BPS Kota Bandung, orang yang pendidikannya S1 ke atas tingkat kebahagiaannya lebih tinggi.

“Faktor pendidikan itu akan memengaruhi banyak tingkat kebahagiaan seseorang. Namun komponen-komponen tersebut masih kurang konprehensif. Tidak cukup dengan berapa penghasilannya, menyekolahkan anak sampai di mana, berapa luas tempat tinggalnya,” paparnya.

Dalam penelitian, kata dia, ada faktor lebih dalam lagi bahwa orang sederhana pun bisa hidup bahagia. “Orang yang di pesantren atau para kyai itu tidak punya materi yang banyak tapi hidup mereka lebih bahagia,” katanya.

Maka, kata dia, diperlukan alat ukur yang lebih baik agar bisa mendukung hasil survei BPS. Saat ini pihaknya sedang menyusun alat ukur konprehensif tersebut. Seandainya Pemerintah Kota Bandung mau bekerja sama dengan FK Unpad untuk mengukur indeks kebahagiaan warga Kota Bandung, ia menyatakan kesiapannya.

“Kalau pak wali kota memang mau mengukur, kenapa tidak kerja sama dengan kami. Akan kami ukurkan. Kami punya ahlinya, kami punya tenaganya. Kami siap kalau diminta,” ujarnya.

Kredit

Bagikan