Partai Golkar serius membidik suara generasi milenial

user
Endang Saputra 26 April 2018, 16:42 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Partai Golkar serius membidik suara generasi milenial di Kota Bandung dalam menghadapi Pilkada serentak 2018 serta Pemilu 2019 mendatang. Suara pemilih milenial yang diperkirakan mencapai sekitar 60 persen dalam Pemilu 2019 mendatang menjadi salah satu potensi untuk digarap sebagai calon konstituen.

Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandung Deden Hidayat, mengatakan beragam upaya telah dilakukan Partai Golkar untuk menggaet pemilih milenial. Hal mendasar yang telah dilakukan yakni dari sisi kepengurusan Partai Golkar Kota Bandung. Menurut Deden, 40 persen jajaran pengurus Golkar Kota Bandung diisi oleh anak muda. Sehingga diharapkan muncul ide-ide segar yang sejalan dengan pemikiran anak muda.

"Kita sudah jalan dengan proses kaderisasi. Harus ada regenerasi dari sisi usia dan pemahaman. Apalagi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengusung program 4G. Hal ini tentunya sejalan dengan perkembangan generasi milenial sekarang,"ujar Deden dalam acara diskusi 'Peluang Partai Golkar Menarik Pemilih Milenial'di Cafe Halaman, Jalan Tamansari, Kamis (26/4).

Salah satu program 4G yang diusung Airlangga yakni terkait akselerasi industri generasi keempat yang berbasis digital. Menurut Deden, pihaknya saat ini tinggal menyesuaikan dengan program pusat. Menurutnya untuk di Kota Bandung tidak terlalu sulit karena sudah berjalan.

"Pemilih milenial itu saya katakan tadi ada kaitan dengan program yang disebut 4G itu sendiri. Jadi 4G itu adalah percepatan pembangunan yang melibatkan si kaum milenial itu sendiri," katanya.

Ditanya stretegi untuk manggaet pemilih millenial, Deden mengungkapkan bahwa Partai Golkar Kota Bandung membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda. Ruang itu bisa dipakai oleh generasi muda kita sebagai proses pembelajaran, proses pendewasaan dan proses kemandirian.

"Kota Bandung Oktober 2013 saya bikin tagline yang disebut dengan ideologi, historis dan kekinian. Dan itu sudah berjalan di Kota Bandung dari mulai oktober 2013. Istilah kami pada saat itu disebutnya kekinian. Kekinian itu disebutnya sebetulnya awalnya kita melihat dari perubahan dari sisi ekonomi termasuk digital ekonomi. Sekarang berkembang kepada kemajuan ekonomi digital yang lain," ucap Deden.

"Dan yang kita lakukan sekarang ada yang disebut media center. Media center itu ada 6 program. Salah satu programnya di media soaial. Lainnya banyak tidak perlu saya sebutkan karena itu juga menyangkut strategi pemenangan partai di bandung," imbuhnya.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Poldata Indonesia Fajar Arif, mengatakan sudah saatnya partai politik saat ini menggeser arah pemilihnya ke kaum milenial. Namun diperlukan cara-cara untuk memahami persepektif dari sisi kaum milenial.

"Sudah saatnya parpol mengubah atau menggeser arah. Kaum milenaila sebuah merupakan kelompok usia yang potensial untuk digarap sebagai kavling calon konstituen. Perlu cara-cara khusus untuk memahami perspektif mereka secara politik. Partisipasi mereka sebenarnya lebih besar," ujar Fajar.

Dia menyebut bahwa partai harus peka dengan isu-isu yang ramai dibicarakan di media sosial. Hal ini berkaitan dengan kecenderungan pemanfaatan media sosial oleh generasi muda.

"Diskursus di medsos jangan dianggap angin lalu. Sesuatu yang tidak bermakna, tidak berpengaruh, tidak menjadi apa apa dalam kehidupan politik yang sebenarnya. Belajar dari orde baru diskursus mengerakan gelombang tsunami politik," katanya.

Kredit

Bagikan