Mudik lebaran bikin inflasi di Jabar meningkat

user
Muhammad Hasits 05 Juli 2017, 15:31 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Tekanan inflasi di bulan Juni meningkat dibanding bulan sebelumnya yang disebabkan oleh fenomena mudik lebaran dan dampak kenaikan tarif listrik golongan 900VA tahap III. Hal ini tercermin dari inflasi Juni 2017 sebesar 0,88 persen (mtm) atau meningkat dibanding Mei 2017 sebesar 0,45 persen (mtm). Jika dibandingkan nasional (0,69 persen), inflasi Jawa Barat relatif lebih tinggi. Realisasi inflasi IHK bulan Juni 2017 ini juga lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya (periode 2012-2016, exc. 2013) sebesar 0,55 persen.

"Hal ini karena seluruh kelompok disagregasi mengalami inflasi yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya," ujar Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Jawa Barat Ismet Inono dari siaran berita yang diterima Merdeka Bandung, Rabu (5/6).

Inflasi tahun berjalan Jawa Barat hingga Juni 2017 mencapai 2,74 persen (ytd), lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis sebesar 1,26 persen (ytd). Secara tahunan, inflasi Jawa Barat meningkat dari 4,14 persen pada Mei menjadi 4,31 persen pada Juni 2017 namun masih berada di bawah rata-rata historis sebesar 4,97 persen (yoy). Inflasi tahunan Jawa Barat pada Juni 2017 kembali tercatat di bawah nasional sebesar 4.37 persen (yoy).

Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi bulanan disumbang oleh kelompok administered prices dan core yang masing-masing memberi andil sebesar 0,51 persen dan 0,21 persen, sementara kelompok volatile food memberi andil inflasi yang lebih kecil sebesar 0,16 persen.

Sementara itu secara tahunan, inflasi bulan Juni 2017 terutama disumbang oleh kelompok administered prices dengan andil sebesar 2,10 persen, disusul oleh kelompok core dan volatile food yang masing-masing memberi andil sebesar 1,83 persen dan 0,38 persen.

"Kelompok inflasi inti (core inflation) pada Juni 2017 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,36 persen (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen. Realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata historis sebesar 0,16 persen (mtm)," jelasnya.

Peningkatan ini terjadi baik pada sub kelompok core traded (dari 0,20 persen menjadi 0,48 persen) maupun non traded (dari 0,05 persen menjadi 0,18 persen). Peningkatan inflasi pada kelompok core disumbang oleh beberapa komoditas yang menjadi kebutuhan pada momen Idul Fitri seperti kopi manis, kue kering berminyak dan baju muslim.

Selain itu emas perhiasan juga menjadi penyumbang inflasi pada kelompok ini. Secara tahunan, kelompok core mengalami inflasi sebesar 2,93 persen lebih kecil dibanding historisnya sebesar 3,43 persen.

Kelompok harga diatur pemerintah (administered prices/AP) pada Juni 2017 tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 2,51 persen (mtm), meningkat dibanding Mei sebesar 0,55 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok AP pada Juni 2017 mencapai 10,71 persen (yoy).

Seiring dengan pencabutan subsidi bertahap, dampak kenaikan TTL pelanggan golongan 900 VA tahap ketiga sebesar 30,75 persen masih terasa hingga bulan Juni 2017. Kenaikan TTL ini memberikan andil inflasi yang tinggi (0,17 persen) dibandingkan Mei karena pengguna pascabayar untuk golongan 900VA di Jawa Barat mencapai 58,29 persen dari seluruh pengguna listrik golongan 900VA.

Selain dari kenaikan tarif listrik, inflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah juga didorong oleh peningkatan permintaan pada angkutan antar kota, angkutan udara dan tarif kereta api dengan andil masing-masing sebesar 0,27 persen, 0,03 persen dan 0,02 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya mudik lebaran yang dilakukan terutama oleh para perantau di kota besar.

Kelompok harga pangan bergejolak (volatile food/VF) mengalami inflasi bulanan sebesar 0,91 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan Mei yang mengalami inflasi sebesar 1,36 persen. Begitupun secara tahunan kelompok VF mengalami penurunan dari 4,26 persen (yoy) menjadi 2,06 persen (yoy) pada Juni.

Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah bawang merah dan daging ayam ras, disebabkan oleh tingginya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. Meskipun demikian, harga komoditas tersebut cukup stabil karena kecukupan pasokan dalam memenuhi permintaan tersebut.

Inflasi yang lebih tinggi juga diredam oleh beberapa komoditas seperti jeruk, bawang putih, cabai rawit dan cabai merah, di mana pemerintah telah menjaga pasokan komoditas tersebut sebelum bulan Ramadan tiba.

Harga pangan pada bulan Juni cukup stabil, hal ini karena adanya upaya dari pemerintah yang mengendalikan harga pangan dengan beberapa upaya, salah satunya dengan menerapkan kebijakan harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat pembeli.

Kredit

Bagikan