Sulit usung Emil, PKS Jabar tetapkan dua nama untuk Pilgub Jabar

user
Mohammad Taufik 14 Mei 2017, 10:04 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat sudah menentukan dua nama yang bakal didorong untuk Pilgub Jabar 2018. Netty Prasetyani Heryawan dan Ahmad Syaikhu adalah dua nama yang mengerucut dari 10 nama yang sebelumnya dimunculkan lewat Pemira PKS.

Istri Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Ketua DPW PKS Jabar yang juga Wakil Wali Kota Bekasi itu diajukan DPW PKS Jabar kepada DPP PKS .

"Dalam milad (tingkat DPP PKD) kemarin, ada tiga nama internal, yaitu Ustaz Tate Komarudin, Ibu Netty, dan Ustaz Syaikhu yang memang secara internal memiliki raihan suara terbesar. Dan hari ini, kami juga mengusulkan untuk dikerucutkan menjadi dua nama. Satu Bu Netty dan dua Ustaz Syaikhu," kata Ketua Tim Pemenangan Wilayah DPW PKS Jabar Rido Budiman di sela-sela Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) DPW PKS Jabar dan Milad ke-19 PKS di Hotel Horison, Kota Bandung, Sabtu (13/5).

Meski dua nama itu cukup kuat didorong sebagai peserta yang akan ikut kontestasi Pilgub Jabar, namun itu baru sebatas diajukan DPW PKS Jabar dan belum mendapat persetujuan DPP PKS. Hingga kini, kata Rido, DPP PKS sendiri memang belum memutuskan hasil Pemira untuk kandidat calon gubernur di Pilgub Jabar 2018.

"Sebelumnya kami sudah mengajukan 10 nama dari internal dan dua nama dari eksternal kepada DPP. Namun, DPP kemarin masih fokus ke Pilkada DKI, sehingga belum diumumkan. Kedua, kami harus melakukan persiapan matang (untuk pengusungan calon) karena salah langkah dalam politik bisa fatal," ujarnya.

Dia juga menyebut nama Deddy Mizwar yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk diusung dari orang non-partai. Menurutnya Wakil Gubernur Jabar itu selalu berhubungan baik. Bahkan, kata Rido, PKS dan Deddy Mizwar terus menjalin pertemuan rutin.

"Dan kemarin, Gerindra sendiri sudah memutuskan bahwa beliau jadi calon dari Gerindra. Nanti kami akan usulkan dua nama tadi untuk jadi pendampingnya," ujarnya seraya berharap, pasangan yang terbentuk nanti mampu meraih kemenangan, sehingga tampuk kepemimpinan di Jabar bisa berlanjut.

Menyoal Ridwan Kamil dia menegaskan peluangnya sangat tipis. Sebab Ridwan Kamil yang sudah menerima pinangan Nasdem dinilai sulit. "Saya kira kata putus tidak bisa saya sampaikan. Sampai sekarang saja, masih banyak yang menelepon mengatasnamakan Ridwan Kamil untuk bertemu, tapi memang sulit," ujarnya.

"Pinangan Nasdem ini memberatkan kami berkomunikasi dengan beliau karena kami juga menginginkan kader terbaik kami untuk calon presiden. Apalagi, setelah kita konfirmasi, beliau juga susah menghindar dari Nasdem," katanya.

Survei jelang Pilgub Jabar

Sementara itu, jelang Pilgu Jabar tahun depan Lembaga survei Media Survei Nasional (Median) merekam tingkat elektabilitas beberapa tokoh baik dari kalangan kader maupun non kader partai. Lima nama dimunculkan dimana salah satunya adalah dai kondang Abdullah Gymnasiar atau akrab disapa Aa Gym. Namun survei itu masih menempatkan Ridwan Kamil paling teratas.

"Ketika kami tanyakan kepada responden, siapakah tokoh yang akan dipilih jika Pilkada Jabar dilakukan sekarang? Jawaban lima teratas responden antara lain Ridwan Kamil masih menempati urutan pertama, dengan 24,4 persen," kata Direktur eksekutif Median, Rico Marbun, dalam rilis yang diterima merdeka.com, Sabtu (13/5).

Di bawah Ridwan Kamil ada nama Deddy Mizwar 15,6 persen, disusul Dede Yusuf 11,6 persen, Aa Gym 7,5 persen, dan Dedi Mulyadi 7,1 persen.

Menurut Rico, tingkat elektabilitas semua tokoh masih relatif flat, sehingga diperkirakan pertarungan masih akan ketat. "Apalagi undecided voters masih 20,7 persen, ditambah waktu sosialisasi yang masih panjang," ujarnya.

Dalam survei ‎yang digelar pada 24 April sampai 3 Mei itu, ada fenomena Jakarta Effect yang juga terimbas pada Pilkada Jabar. Yakni terkait isu penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Ketika ditanya, apa perasaannya jika ada calon gubernur Jabar yang didukung partai-partai pendukung Ahok di Pilkada DKI? Ada 34,3 persen menjawab kurang suka, 33,4 persen biasa saja, 2,4 persen menjawab suka, dan tidak menjawab 29,9 persen," katanya.

Survei ini mengambil sampel 1.000 responden, dan margin off error sebesar +/-3,0 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Kredit

Bagikan