Ridwan Kamil mengaku bingung Bandung bisa banjir besar
Bandung.merdeka.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku bingung dengan banjir parah yang terjadi di wilayah Pagarsih, Senin (24/10) kemarin. Saat banjir terjadi kawasan tersebut berubah menjadi 'sungai dadakan' dengan ketinggian 1,5 meter. Satu kendaraan roda empat dan satu unit kendaraan pengangkut sampah bahkan terbawa ikut arus air karena saking derasnya arus air.
Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku bingung dengan banjir yang terjadi di wilayah Pagarsih. Sebab pihaknya mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk penanggulangan banjir di Pagarsih, salah satunya yakni dengan melebarkan gorong-gorong.
"Banjir di Pagarsih Saya engga ngerti karena sudah diperlebar gorong-gorongnya 2x2 meter, itu pun dipasang 2. Setelah diperbaiki ternyata masih gitu juga," ujar Emil kepada wartawan di Pendopo Kota Bandung, Selasa (25/10).
Emil menyebut, kawasan Pagarsih menjadi salah satu daerah prioritas penanganam banjir di Kota Bandung. Gorong-gorong di kawasan itu sempat diperbaiki dua tahun silam. Namun rupanya upaya yang dilakukan masih belum membuahkan hasil.
"Saya bingung juga apakah air dari utara melebihi kapasitas karena secara hitungan kita sudah diperbaiki," katanya.
Emil mengaku akan melakukan upaya lain untuk memuntaskan masalah banjir di Pagarsih, salah satunya dengan membongkar bangunan-bangunan yang berada di jalur air. "Pagarsih itu Rp 3 miliar proyeknya. Kita cari upaya lagi termasuk rencana membongkar bangunan di jalur air. Termasuk Jalan masuk Hotel Topas di Pasteur," ujarnya.
Upaya penangulangan banjir di Kota Bandung telah dilakukan secara multidimensi. Apalagi Pemkot Bandung menargetkan penanggulangan banjir tuntas di tahun ketiga pemerintahannya yakni pada 2016.
Emil merinci sejumlah upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh Pemkot Bandung untuk menuntaskan permasalahan banjir di Kota Bandung. Salah satu upaya yang saat ini dilakukan yakni perbaikan gorong-gorong di 19 ruas jalan di Kota Bandung.
"Tahun ini Pemkot Bandung memperbaiki gorong-gorong di 19 ruas jalan. Ini menunjukkan kami setiap tahun mencicil, karena keterbatasan APBD memperbaiki gorong-gorong yang paling besar lebarnya 2x2 meter, termasuk di Jalan Dago. Kalau ada yang bilang gorong-gorong kecil mungkin dia lihat ducting kabel. Di bawah trotoar ada 2 kotak saluran air 2x2 meter ducting dan 50x50 cm. Makanya di mana-mana terlihat Jalan Bandung diperbaiki," ujar Emil.
Tak hanya itu, Emil juga menyebut, Pemkot Bandung sudah membatasi izin-izin pembangunan di wilayah Bandung utara. Dia mengaku tidak melarang pembangunan di wilayah Bandung Utara tetapi hanya membatasi.
"Ada berapa IMB di zaman Saya untuk pembangunan tinggi, tapi rata-rata di zaman sebelumnya (wali kota sebelumnya). Saya bukan melarang, tapi membatasi. Saya sampai mau digugat ke pengadilan oleh developer karena saya tidak kasih izin pembangunan apartemen di Punclut," ungkapnya.
Selain itu, mulai 2017 mendatang pihaknya juga akan mulai mensyaratkan sertifikat bangunan hijau untuk mendapatkan IMB. Sehingga bangunan-bangunan yang akan dibangun di Kota Bandung harus tetap ramah terhadap lingkungan.
"Kami melakukan secara logika apa yang perlu kami lakukan untuk melindungi lingkungan. Tahun 2017 peraturan bangunan hijau. Saya tidak akan kasih IMB kepada bangunan yang tidak bangunan hijau, yang tidak menunjukkan daur ulang airnya, resapannya hijau-hijaunya," katanya.
Sementara di Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Iskandar Zulkarnain mengatakan salah satu kendala dalam penanganan banjir dan Pagarsih yakni sisi lebar sungai sudah tidak mencukupi lagi.
"Memang bisa kami lihat kanan kiri Pagarsih sebelah Selatan ke arah hulu setelah jembatan menyempit. Di sana banyak jembatan-jembatan jalan masuk ke persil persil menghalangi juga sungainya menyebabkan air naik ke jalan. Penyebab awal banjir di Pagarsih seperti itu," ungkapnya.